Minggu, 31 Juli 2016

GOOD BYE



Askan Prasantio seorang pemuda yang dulunya sangat hangat, dia rela melakukan apapun demi orang yang ia cintai, berbagi segala rasa dengannya. Namun, semuanya sekarang berubah ia menjadi sosok yang sangat tempremental, marah-marah memaki dan sebagianya kini menjadi cirri khas seorang Askan Prasantio. Sekarang dia benar-benar Askan yang berebeda bahkan Adelia Annasofa yang posisinya sebagia seorang kekasih yang sangat di cintai Askan kini lebih memilih menjauh dari Askan.
            Segala cara di lakukan Adelia untuk pergi dari kekasih yang sangat ia cintai  namun apa daya rasa cinta yang begitu besar membuat Adelia selalu kembali pada Askan. Adelia bukan tepikal perempuan yang tega melepaskan orang yang ia cintai begitu saja, apalagi Adelia tau apa penyebab sosok hangat dalam diri Askan kini lenyam, tapi apa daya Askan lebih memilih mendiami Adelia, mengacuhkannya dan menjauhi Adelia bahkan sekarang Adelia tidak tau dimana keberadaan sang kekasih. Beberapa minggu lalu Askan pergi entah kemana tanpa berpamit padanya, jujur saja saat ini Adelia sangat merindukan Askan dia memang ingin pergi dan menjauh dari Askan, tapi entah rasa apa ini dia merasa ada yang hilang dari dirinya saat Askan menghilang.
            Dan di malam yang sunyi ini Adelia tengah duduk di tempat yang biasa ia datangi bersama Askan dulu, saat Askan masih menjadi sosok yang hangat. Adelia duduk sambil memandang lurus ke danau di depannya, rasanya sekarang Adelia tengah melihat masa lalunya bersama Askan di sini.
            “kenapa Askan? Apa susahnya kamu berbagi rasa sakitmu bersamaku” ucap Adelia lirih yang entah pada siapa.
            Malam terasa makin dingin sekarang, namun Adelia masih duduk di sana ia memeluk dirinya sendiri seakan mencari kehangatan. Adelia menatap langit yang kini terlihat bintang-bintang yang tadi sangat indah menemani sang bulan kini mulai tertutup awan, mungkin sekarang sedang mendung dan sebentar lagi akan turun hujan. Namun, Adelia masih ingin di sana dia masih merindukan Askan.
            ‘krek’
            Terdengar rantai kering yang sepertinya di injak seseorang, Adelia memutar badanya dia ingin tau siapa orang yang berada di belakang sekarang. Adelia menatap sendu pada sosok orang itu, bibirnya terasa beku matanya memandang dalam kemata yang sangat ia rindukan disana Adelia dapat melihat jelas ada sedikit kerinduan dalam mata pemuda itu.
            “Askan” panggil Adelia lirih, dia masih beku di pinggir danau air mata yang sedari tadi di tahannya tapi kini tidak dapat di bendung lagi. Askan yang melihat Adelia mulai meneteskan air matanya, dia hanya diam lalu membalikkan padanya dan siap untuk meninggalkan danau.
            “kenapa? Hmm kenapa Askan apa kau pikir di dunia ini hanya kamu yang menderita? Kau pergi meninggalkan aku begitu saja, apa kamu pikir dengan kau pergi dan sembunyi masalah yang tengah kamu hadapi bisa kamu selesaikan hmm? Apa dengan kamu mengunci pintu hati mu dan menganggap semua orang yang berada di sisi kamu itu gak pernah ada semua akan baik-baik saja hik..hiks kamu kejam hiks” teriak Adelia panjang dengan dia hiasi isak tanggisnya, namun Askan hanya mematung tanpa berkata apa-apa.
            “kau bahkan mengacuhkan aku kau diam kan aku dan apa sekarang kamu ninggalin aku, apa kau pikir aku bahagia? Aku sangat menderita Askan, kau tidak percaya tanyak pada semuanya. Aku memang sangat hiks..hiks ingin pergi darimu setelah apa yang terjadi dan apa yang kamu lakukan pada ku hiks…hiks” Adelia kembali terisak.
            “kamu tidak mengerti Adelia” ucap Askan lalu tanpa menoleh pada Adelia.
            “apa yang tidak aku mengerti, sekarang kau hanya lagi berduka atas kematian adik dan ayah mu dan itu bukan salahmu Askan” kata Adelia.
            “apa? Bukan salahku? Aku yang memaksa Papa menjemputku aku yang memaksa Papa untuk membawa Dafa aku juga yang membuat kecelakaan itu terjadi kalau saja aku tidak menganggu Dafa dia gak akan mungkin tiba-tiba menutup mata Papah hingga kecelakaan itu terjadi dan apa sekarang Mamah menjadi gila karena kehilangan mereka” jelas Askan dengan emosi dan sedikit menggeraskan suaranya, dengan sekarang ia menatap Adelia.
            “tapi aku ada disini, kita akan lalui  ini bersama-sama aku akan selalu ada untukmu” ucap Adelia dan sekarang ia mulai mendekat pada Askan.
            “pergilah! Aku tidak ingin kamu mendengar kata-kata yang lebih kasar dari ku” ucap Askan.
            “tidak kita akan melalui ini bersama-sama” ucap Adelia.
            “tidak”
            “kita pasti bisa percayalah” yakin Adelia.
            “dasar cerewet gak tau malu ku bilang pergi kau harus pergi, pergi kau dari hidupku seharusnya dari dulu kita tak pernah bertemu” ucap Askan dan pergi meninggalka Adelia yang kembali terisak.
            Bahkan alam kini mendukungnya hujan turun dengan deras dan membuat air mata yang membanjiri pipinya tak akan terlihat oleh siappun. Adelia terus memandang kedepan dimana Askan yang kini makin menjauh dari pandangannya. Tiba-tiba langkah kaki Adelia melangkah dan lari mengejar Akan dia berusaha menghentikan Askan dengan meneriaki namanya. Namun, apa daya langkahnya kalah cepat dari Askan kini Askan sudah berada di depan mobil nya dan dia akan benar-benar pergi, tapi Adelia tidak mau menyerah dia mengejar Askan dengan sekuat tenaga.
            ‘bruk’
            Kejadian itu begitu cepat, Askan menghentikan mobilnya dia menoleh kebelakang matanya terbelalak kaget dia turun dari mobilnya dan berlari menerobos hujan untuk melihat gadis yang ia cintai tergelatak tanpa daya dengan bersimpah darah.
            “A__s__kan” panggil Adelia saat Askan telah disisinya dan menggenggap tangganya, tanggan yang  sangat dirindukan Adelia.
            “aku akan membawa kamu kerumah sakit” kata Askan.
            “aku akan pergi aku gak akan bisa melupakan kamu mungin aku akan pergi dengan cara ini agar aku tidak kembali lagi, aku sudah berusaha menghapus ingatan ku tentangmu tapi aku tidak bisa. Hff i_i_ini cara ya__yang a__akan mem__buat aku hff pe__pe__pergi darimu” ungkap Adelia dengan sisa tenaganya.
            “tidak jangan katakan yang bukan-bukan” lirih dan mungkin kalau saja tidak hujan kita akan melihat air mata menghiasi pipi Askan.
            “i__ini bukan sa__sa__salahmu  aku men__ci__ntaimu se__lamnya. Se__lamat ti__ti__ti__tinggal” seketika tangan yang dingengam Askan lemah.
            “Adeliaaaaaaaaaa” teriak Askan sekeras mungkin. Dan untuk kedua kalinya dia membuat dirinya menyesal dengan apa yang ia lakukan. Menyesal percuma saja karena semua telah terjadi untukyang kedua kalinya ia membuat orang yang ia cintai meninggalkan ia selamanya.

                                                                                                                                                            END  

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar