Kamis, 17 November 2016

Pangeran Impian dan Tuan Putri Hayalan


Pangeran Hayalan &Tuan Putri Impian

Hidup di negeri dogeng adalah impian setiap orang apa lagi jika sejak kecil selalu mendengar kisah – kisah dogeng. Dimana di negeri itu banyak hal – hal yang mustahil terjadi, ada banyak keajaiban. Binatang bisa bicara, kuda terbang, ada Pangeran berkuda putih, tuan Putri yang cantik, kisah yang sempurna yang hanya ada di negeri dongeng menurut beberapa orang. Namun, tidak utuk gadis yang kini menginjak usia 20 tahun baginya cerita dan negeri dongeng suatu hal yang nyata. Gadis yang masih duduk di bangku kuliah ini yang juga berprofesi sebagai penyiar radio ini percaya kalau suatu saat dia akan mendapatkan seorang Pengeran yang selalu ada di dalam dunia hayalannya, dia aneh tapi bukan hanya dia mungkin ada orang lain yang seaneh dia.
            Gadis yang biasa di sapa Putri Asaufa ini bahkan tak jarang berprilaku bak Putri kerajaan  dari negeri dongeng. Sikapnya yang lembut, bicaranya yang sopan, bertingkha anggun, kata – kata yang bijak saat menyelesaikan masalah dia benar – benar mencerminkan seorang Putri Raja. Bahkan para pengemarnya di radio sangat suka curhat pada Putri Asaufa, mereka semua rata – rata senang mendengar cara Putri Asaufa bicara dan nasehat yang ia sarankan.
            Walaupun ia bukan keturunan asli kerajaan dan bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, tapi Putri Asaufa bisa beretika dengan baik.
            “Tuan Putri Asaufa” mendengar suara itu Putri Asaufa langsung menoleh keasal suara dan menebarkan senyumnya lagi.
            “hal apa yang membuat anda melamun tuan Putri?” tanyak suara itu lagi namun lagi -  lagi Putri Asaufa hanya menebarkan senyumnya.
            “Pangeran Edga?” sambung suara itu lagi.
            “hm, Pengeran Edga aku tidak bisa menghilangkan bayangannya dari ingatan ku”
            “uff ayolah malam ini aku menginap di rumah mu bukan ingin mendengar cerita Pengeran Edgamu itu” kata gadis yang sering disapa Rena itu sambil membaringkan tubuhnya di samping sahabatnya Putri Asaufa.
            “tapi Pangeran Edga itu nyata” kata Putri Asaufa ikut berbaring.
~Ooo~
            Sebuah tempat yang sangat indah dimana mereka selalu bertemu dan mengenal satu dengan yang lain. Sebuah hutan yang di penuhi dengan aneka tumbuhan – tumbuhan indah, mungkin jika kita melihat tempat ini kita akan berpikir kalau kita sedang ada di Wonderland atau Neverland tempat para peri dan Patarpan berada.
            Dimana tempat itu sangat indah dan penuh dengan keajaiban tapi sangat berbahaya, Neverland Paterpan dan Pink atau Tingkelbell selalu harus bertarung dengan bajak laut si Kapten Hook untuk menjaga wilayah mereka dan Wendy si manusia cantik yang datang ke Neverland bersama saudara – saudaranya.
            Namun, tempat Pangeran Edga dan Putri Asaufa bertemu bukan lah tempat sebahaya itu, tempat ini sepi tidak ada satu pun terlihat makhluk lain yang berbetuk manusia seperti mereka. Disini hanya terdengar suara kicauan burung yang merdua atau suara binatang – bintang lain yang lucu dan tidak berbahaya, di tempat ini juga ada sepasang Vegasus dan sepasang Unicorn yang dianggap hanya sebagai makhluk mitologi, juga ada kuda putih yang biasa di tunggangi sang Pengeran.
            Hari itu Putri Asaufa datang kehutan yang sepi itu menulusuri hutan di temani sang unicorn, yang nampak celinggak – celingguk tengah mencari Pangeran Edga mungkin. Alunan suara harmonica terdengar merdu di tengah hutan, kaki Putri Asaufa terus melangkah hingga bayangan sosok laki yang tengah bersandar di pohon membuat ia tersenyum. Putri Asaufa terus mendekat menatap lekat pemuda yang tengah memejamkan matanya itu.
            “anda lama Tuan Putri” tutur pemuda yang masih menutup matanya itu.
            “maafkan saya Pangeran” ucap Putri Asaufa dan ikut duduk di sampingnya.
            Pemuda yang di panggil Pangeran itu tidak mengatakan apa pun ia hanya diam dan kembali memejamkan matanya.
            “selain harmonica, buku apa yang di tangan anda Pangeran?” tanyak Putri Asaufa yang di selimuti rasa penasarannya.
            “Peterpan, kamu ingin membacanya?” tawar sang Pangeran menyodorkan buku itu pada Putri Asaufa.
            “tidak, aku ingin Pagerena Edga membawa ku jalan – jalan dengan kuda itu” kata Putri Asaufa sambil tersenyum manis.
            Pangeran Edga tidak menjawab apapun permintaan Putri Asaufa, tapi setidaknya dengan ia tersenyum dan berdiri tegap bisa di simpulkan kalau ia bersedia mengabulkan permintaan sang Tuan Putri.
            “terimakasih” ucap Putri Asaufa dihiasi senyum manisnya.
            Dengan pelan kuda putih Pangeran Edga berjalan membawa mereka berdua menggelilingi hutan indah itu. Sepanjang hutan yang mereka telusuri semua binatang berdiri menatap mereka seakan tersenyum bahagia melihat Pangeran dan Putri itu.
            “Pangeran” panggil Putri Asaufa, ketika kuda yang mereka tunggangi berhenti disebuah sungai yang di suguhi pemandangan air terjun.
            “ya” sahut Pangeran Edga lembut.
            “mereka tidak percaya kalau Pengeran itu ada” kata Putri Asaufa, Pangeran Edga menarik sudut bibirnya dan membentuk sebuah senyum yang manis.
            “apa orang yang ada disekeliling Pangeran percaya aku ada?” tanyak Putri Asaufa lagi.
            “tidak. Tapi bagiku Putri itu ada dan nyata” kata Pangeran sambil tangannya membelai lembut rambut Putri Asaufa.
            “selain tempat ini, aku punya tempat favorit lain Restoran Raja meja 8 aku sering kesitu” ucap Putri Asaufa.
~Ooo~
            “Edga, banggun sayang sudah pagi” suara itu menggema membuat si pemilik nama spontan melompat dari kasur king zinenya.
            Sedikit merapikan penampilannya ia langsung berlari dan membuka pintu kamarnya, sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu tersenyum lembut padanya.
            “selamat pagi Ibunda” sapanya sambil memeluk Ibundanya.
            “selamat pagi juga Pangeran Edga Dhafir, apa acara kamu hari ini?”
            “hmm ananda ingin kembali ke Indonesia”
            “Apa? Kamu serius”
            “Ma 15 tahun kita telah meninggalkan Indonesia dan Edga gak pernah balik ke Indonesia jadi saat ini Edga ingin kembali kesana”
            “hmm kalau itu sudah keputusan kamu apa yang bisa Mamah lakukan, silahkan kembali ke Indonesia”
            Edga masuk kekamarnya mandi menyiapkan pakain dan barang yang kan ia bawa, juga menghubungi seseorag untuk memesankan tiket pesawat untuknya. Setelah semua keperluan beres Edga turun keruang makan dengat tas ransel yang sudah bertengker di bahunya. Mereka melakukan aktifitas makan dalam diam hanya tersengar suara sendok dan piring saat bertemu. Selesai makan anggota keluarga itu pun saling menatap.
            “Ayah dengar dari Mamah kamu akan kembali ke Indonesia?” tanyak sang kepala keluarga menatap anak mereka.
            “iya” jawab Edga singkat.
            “hmm Ayah izinkan”
            “makasih Yah”
            “di sana jaga lah dirimu baik – baik”
            “hmm”
            Setalah menempuh jarak yang lumayan Edga pun tiba di Indonesia, Edga berdiri di luar bandara sambil mengamati secercik kertas yang di berikan ibunya. Isi kertas itu adalah alamat tantenya, selesai mengamati kertas itu Edga menarik nafas lalu memanggil taxsi. Di taxsi Edga kembali mengambil kertas itu dandi tunjukan pada sopir taxsi.
            Di taxsi Edga terus memikirkan Mimpinya, hingga suara radio yang disetelah oleh supir taxsi menyadarkannya dari lamunannya itu.
            “pak siapa penyiar itu?” tanyak Edga penasaran.
            “hmm dia sering menyebunya dengan Tuan Putri, anda suka?” tanyak Supir Taxsi, Edga hanya diam.
            ya buat kamu yang tadi udah hubungi kita, kamu boleh saja ingin bersama si dia tapi kamu jangan sampek menyakiti hati orang tuamu. Yakinkah orang tua mu dengan cara yang baik dan jangan sampek kau menyakiti mereka dan…’
            “pak, bagaimana cara menghubunginya”
            “oh gampang tuan, ini anda bisa pakek ponsel saya, saya sering curhat pada Tuan Putri” kata supir taxsi dan menyerahkan ponselnya.
            “hallo, rsetoran Raja meja delapan” kata Edga dan menutup sambungan telponnya.
Ooo
            Putri Asaufa, terdiam saat mendengar suara penelpon misterius tadi yang tidak menyebutkan alamat bahkan namanya. Putri Asaufa meneteskan air matanya lalu ia berlari keluar dari ruang penyiaran, suasana pun sediki kacau. Acara yang dibawakan Putri Asaufa pun di tutup begitu saja.
            “kau mau kemana?” tanyak rekannya yang mengejar Asaufa.
            “mencari mimpi ku” kata Putri Asaufa dan kembali berlari.
            Dengan air mata yang bercucuran, Putri Asaufa pergi ke restoran Raja dia berdiri di Restoran itu dan mengamati Restoran yang ramai itu. Dia melangkah kan kakinya untuk masuk ka dalam Restoran, matanya terpaku saat melihat sosok yang tengah duduk di meja nomor 8.
            Merasa di perhatikan sosok pemuda itu berpaling kearah Asaufa, mata terkejut menatap siapa yang tengah memandangnya. Tanpa di perintah kaki itu melangkah mendekati Putri Asaufa, dia menarik Putri Asaufa. Mereka berpelukan lama soalah sudah tidak bertemu sangat lama, bahkan rasanya kini waktu berhenti menyaksikan mereka.
            Mereka terus melepaskan rindu, hingga pelan-pelan suasana restoran berubah, mereka seperi masuk kedimensi lain. Di mana disitu hanya ada mereka berdua yang sedang sangat bahagia. Burung-burung terasa bernyanyi gembira melihat mereka yang menyatu. Pelan-pelan pelukan erat itu mulai mengedor, mereka pun kembali ker restoran raja dan semua pelanggan kini sedang menatap mereka dengan ekspresi yang berbeda-beda.
            “kau nyata” itulah kata yang terlontar dari mulut mereka berdua. Keduanya pun tersenyum bahagia dan kembali berpelukan.
Ooo
            Putri Asaufa terlihat sangat cantik dengan gaun hijau lumutnya, dia menatap pantulan dirinya di cermin. Dia sangat senang hari yang ia tunggu akhrinya tiba juga, dia sempat pikir mimpinya selamanya akan menjadi mimpi.
Tok…tok..tok
            Suara ketukan pintu itu membuatnya mengalihkan pandangannya kearah pintu, dia melihat dua sosok pemuda yang masih asing baginya.
            “hay, aku Wiliam teman sekampusnya Edga, ah aku kembali ke Indonsia untuk menghadiri pernikahannya, aku gak menyangka itu” kata Wiliam sambil menjabat tangan Putri Asaufa.
            “dan aku Kim Jo Ah, kau sangat cantik tuan Putri Asaufa, kau wujud nyata dari putri impiannya Edga” kata Kim Jo Ah dengan bahasa Indonesia yang berlepotan.
            “kalian pikir Cuma kalian, aku bahkan menganggap sahabat ku ini gila, menunggu Pangeran Hayalannya, tapi kenyatanyaanya hari ini mereka akan menikah” kata Sahabat Asaufa yang ikut masuk.
            “khem, kalian kesini ingin menjemput ku atau ingin berpendapat disini”
            “hahahaha kami mau menjemputmu, ya sudah ayolah”
            Putri Asaufa diiring ke pelaminan yang serba hijau itu bahkan terkesan mereka sedang di dalam hutan. Hutan di mana mereka sering berjumpa di dalam mimpi mereka. Pengeran Edga tersenyum menyambut kedatangan Tuan Putrinya. Mereka terlihat sangat serasi keduanya cantik dan tampan, dan kedua nya benar-benar terlihat seperti Pangeran dan Putri.
            “aku sangat senang kau nyata” bisik Putri Asaufa.
            “aku juga sangat gembira bisa menikahi mu” bisik Pengeran Edga.
            “semoga kita selamanya bersama”
            “amin” keduanya pun bergendengan tanggan dan tersenym bahagia, yang menyaksikan adegan itu pun ikut gembiran.
            Walaupun jujur mereka masih menganggap penganti baru itu aneh. Sering bertemu dalam mimpi, mencari keberadaan. Sehari bertemu dan langsung memutuskan untuk menikah, acara pernikahan yang hanya disiapkan dalam waktu 2 minggu benar-benar pasangan aneh. Mungkin begitulah pandangan mereka, tapi mereka dapat merasakan cinta yang kuat diantara mereka.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar