CAMERA
By: Cherry Alarik
“ 1…2…3… ok” teriak Reza, aku yang jadi
objeknya Cuma nahan tawa melihat sikap ke kanak-kanakan teman satu komunitas ku
itu. Yah aku dan Reza udah hampir 2 tahun bergabung di komunitas itu, Reza
benar-benar membuat hari-hariku lebih berwarna, menyenangkan dan indah, hampir
setiap hari aku tertawa lepas melihat tingkahnya atau aku hanya bisa nahan tawa
seperti yang ku lakukan saat ini.
“ kau lihat ini. Kau sangat jelek di
foto ini, ekpresi mu benar-benar jelek” ocehnya yang sekarang duduk di sampingku
di bawah pohon yang rindang. “ seharusnya kau berpose harus nampak lebih
menarik” sambungnya sambil melihat hasil karyanya di camera.
“ aisy bocah ini. Apa tidak bisa sehari
saja kau tak menggangguku ?” tanyakku dengan ekspresi kesal, lalu pergi
meninggalkan Reza.
“ hey, bocah cerewet tunggu dong”
* *
Yura
Pov:
Matahari kembali mengepakkan sinar
hangat nan cerahnya untuk menyapa cucu Adam dan Hawa beraktifitas. Aku Yura
Nanira juga sudah siap untuk melakukan aktifitas ku, hari ini aku dan
rekan-rekan komunitas fotografer akan study
tour ke sebuah desa terpencil namun memiliki panorama yang sangat indah
juga beberapa budaya masyarakatnya yang sangat menarik, sungguh sayang kalau
aku melewatkan acara ini.
Untuk tiba di kampus dengan tepat waktu
tak sulit bagiku, karena dari rumahku dan kampus hanya butuh waktu 10 menit.
Setelah semuanya berkumpul, kami pun siap berangkat untuk berpetualang di desa
Pante Karya.
“ yang aku dengar, walaupun desa itu
termasuk desa terpencil masyarakatnya udah modern loh” papar Nada yang merasa
persepsi kami tentang desa Pante Karya salah.
“ tapi tempatnya indahkan? Dan
budayanya juga masih di jalanin kan?”tanyak Reza yang posisinyaduduk di
sampingku sekarang.
“ kurasa masih” jawab Nada, aku dan
teman-teman lain hanya tersenyum lalu kembali melanjutkan aktifitas kami.
* *
1 minggu kami rasa cukup menghabiskan
waktu di Pante Karya, waktu libur semesterpun sudah hampir selesai, keputusan
untuk pulang memang kurasa tepat. Sebelum pulang kami mengadakan acara nonton
bersama walaupun dengan In – focus. Semua nampak sangat menikmati acara
nonter bersama itu. Kami juga memutar film dokumenmeter yang kami buat saat
kami berada di sini.
“ok hari aku punya
sesuatu special untuk ditampilkan” ku tersenyum kearah Reza yang tengah
berbicara didepan.
Ku amati
gerak-geriknya yang mulai mengotak-atik laptop yang ada di meja, beberapa teman
komunitas juga terlihat mengkerutkan keningnya. Mungkin mereka sama halnya
dengan ku penasaran apa yang akan dilakukan oleh Reza.
‘Redy? Go” itulah
tulisan yang pertama kali aku baca.
‘saat pertama kali
aku melihatnya ada rasa dari diriku yang
sangat bahagia, senyumnya, tawanya, tatapan membuat aku sempurna’ aku tersenyum
membaca kata-kata itu.
‘untukmu’
Mataku membulat
sempurna saat ku lihat gambarku ada dilayara, ku dengar suara sorakan mengema.
Ku tatap Reza yang masih sibuk dengan laptop didepannya, sekilas ia melihatku
lalu menyuruhku untuk menatap layar kembali.
Seperti keinginan
Reza aku melihat gambar-gambar ku dilayar, kadang-kadang senyum manis terukir
di bibirku saat melihat gambar aneh ku. Entah kenapa ada rasa bahagia yang
menjalar diselurih tubuhku saat melihatnya.
‘Aku’ sebuah
tulisan yang di pegang oleh anak kecil yang ada ki desa pante Karya.
‘Cinta’
‘kamu’ kembali
suara sorakan mengema.
‘Will’
‘you’
‘Married’
‘Me’
‘Yura Nanira’ gambar terakhir
ialah Reza yang tengah berlutut dan memegang sebuah cincin, dan lagi-lagi suara
sorakan terdengar.
“terima-terima-terima” aku
tersenyum malu mendengar suara terikan itu dan aku sangat gugup saat melihat
Reza yang tengah berlutut di depan.
“bersediahkan kamu menikah
denganku?” suara bass Reza mengusik pendengaranku.
“kenapa bukan kekasih?” setelah
kukumpulkan keberanian ku, aku pun mulai buka suara.
“aku terlalu serius dengan mu,
dan aku rasa perkenalan kita sudah cukup selama ini. Jadi aku ingin menjadikan
kamu istriku” ujar Reza yakin.
“terima-terima-terima”
“hmm, aku setuju menikah
denganmu jika orang tuaku setuju” jawabku tersenyum malu.
“baiklah” kulihat Reza yang
bangkit dari posisinya dan kembali berjalan kearah laptop.
‘Jawabannya’
“anak ku sayang jika kamu yakin dengan pemuda ini, terimalah dia Ibu
sudah bisa terima dia. Dan Ibu yakin Ayahmu yang sudah bahagia di Surga sana
juga menerimanya”
“bagaimana Yura Nanira,
bersediahkah kau menikah dengaku?”
“khem, aku gak tau kapan kau
melakukan semua itu, tapi rasanya sebagian diriku sangat bahagia dengan semua
ini. Dan aku menerima kamu sebagai calon suamiku” “yeeee” suara sorakan kembali terdengar, dan aku
tersenyum malu karenanya.
End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar