Minggu, 29 Oktober 2017



imwwages.jpg                                                
CAMERA
By: Cherry Alarik











“ 1…2…3… ok” teriak Reza, aku yang jadi objeknya Cuma nahan tawa melihat sikap ke kanak-kanakan teman satu komunitas ku itu. Yah aku dan Reza udah hampir 2 tahun bergabung di komunitas itu, Reza benar-benar membuat hari-hariku lebih berwarna, menyenangkan dan indah, hampir setiap hari aku tertawa lepas melihat tingkahnya atau aku hanya bisa nahan tawa seperti yang ku lakukan saat ini.

“ kau lihat ini. Kau sangat jelek di foto ini, ekpresi mu benar-benar jelek” ocehnya yang sekarang duduk di sampingku di bawah pohon yang rindang. “ seharusnya kau berpose harus nampak lebih menarik” sambungnya sambil melihat hasil karyanya di camera.
“ aisy bocah ini. Apa tidak bisa sehari saja kau tak menggangguku ?” tanyakku dengan ekspresi kesal, lalu pergi meninggalkan Reza.

“ hey, bocah cerewet tunggu dong”

*    *

Yura Pov:
Matahari kembali mengepakkan sinar hangat nan cerahnya untuk menyapa cucu Adam dan Hawa beraktifitas. Aku Yura Nanira juga sudah siap untuk melakukan aktifitas ku, hari ini aku dan rekan-rekan komunitas fotografer akan study tour ke sebuah desa terpencil namun memiliki panorama yang sangat indah juga beberapa budaya masyarakatnya yang sangat menarik, sungguh sayang kalau aku melewatkan acara ini.

Untuk tiba di kampus dengan tepat waktu tak sulit bagiku, karena dari rumahku dan kampus hanya butuh waktu 10 menit. Setelah semuanya berkumpul, kami pun siap berangkat untuk berpetualang di desa Pante Karya.
“ yang aku dengar, walaupun desa itu termasuk desa terpencil masyarakatnya udah modern loh” papar Nada yang merasa persepsi kami tentang desa Pante Karya salah.

“ tapi tempatnya indahkan? Dan budayanya juga masih di jalanin kan?”tanyak Reza yang posisinyaduduk di sampingku sekarang.

“ kurasa masih” jawab Nada, aku dan teman-teman lain hanya tersenyum lalu kembali melanjutkan aktifitas kami.

*    *
1 minggu kami rasa cukup menghabiskan waktu di Pante Karya, waktu libur semesterpun sudah hampir selesai, keputusan untuk pulang memang kurasa tepat. Sebelum pulang kami mengadakan acara nonton bersama walaupun dengan In – focus. Semua nampak sangat menikmati acara nonter bersama itu. Kami juga memutar film dokumenmeter yang kami buat saat kami berada di sini.
“ok hari aku punya sesuatu special untuk ditampilkan” ku tersenyum kearah Reza yang tengah berbicara didepan.
Ku amati gerak-geriknya yang mulai mengotak-atik laptop yang ada di meja, beberapa teman komunitas juga terlihat mengkerutkan keningnya. Mungkin mereka sama halnya dengan ku penasaran apa yang akan dilakukan oleh Reza.
‘Redy? Go” itulah tulisan yang pertama kali aku baca.
‘saat pertama kali aku melihatnya  ada rasa dari diriku yang sangat bahagia, senyumnya, tawanya, tatapan membuat aku sempurna’ aku tersenyum membaca kata-kata itu.
‘untukmu’
Mataku membulat sempurna saat ku lihat gambarku ada dilayara, ku dengar suara sorakan mengema. Ku tatap Reza yang masih sibuk dengan laptop didepannya, sekilas ia melihatku lalu menyuruhku untuk menatap layar kembali.
Seperti keinginan Reza aku melihat gambar-gambar ku dilayar, kadang-kadang senyum manis terukir di bibirku saat melihat gambar aneh ku. Entah kenapa ada rasa bahagia yang menjalar diselurih tubuhku saat melihatnya.
‘Aku’ sebuah tulisan yang di pegang oleh anak kecil yang ada ki desa pante Karya.
‘Cinta’
‘kamu’ kembali suara sorakan mengema.
‘Will’
‘you’
                ‘Married’
                ‘Me’
                ‘Yura Nanira’ gambar terakhir ialah Reza yang tengah berlutut dan memegang sebuah cincin, dan lagi-lagi suara sorakan terdengar.
                “terima-terima-terima” aku tersenyum malu mendengar suara terikan itu dan aku sangat gugup saat melihat Reza yang tengah berlutut di depan.
                “bersediahkan kamu menikah denganku?” suara bass Reza mengusik pendengaranku.
                “kenapa bukan kekasih?” setelah kukumpulkan keberanian ku, aku pun mulai buka suara.
                “aku terlalu serius dengan mu, dan aku rasa perkenalan kita sudah cukup selama ini. Jadi aku ingin menjadikan kamu istriku” ujar Reza yakin.
                “terima-terima-terima”
                “hmm, aku setuju menikah denganmu jika orang tuaku setuju” jawabku tersenyum malu.
                “baiklah” kulihat Reza yang bangkit dari posisinya dan kembali berjalan kearah laptop.
                ‘Jawabannya’
                “anak ku sayang jika kamu yakin dengan pemuda ini, terimalah dia Ibu sudah bisa terima dia. Dan Ibu yakin Ayahmu yang sudah bahagia di Surga sana juga menerimanya”
                “bagaimana Yura Nanira, bersediahkah kau menikah dengaku?”
                “khem, aku gak tau kapan kau melakukan semua itu, tapi rasanya sebagian diriku sangat bahagia dengan semua ini. Dan aku menerima kamu sebagai calon suamiku”                “yeeee” suara sorakan kembali terdengar, dan aku tersenyum malu karenanya.
                                               
                                                                                                                End
                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar