“Rey gue cabut dulu ya”
pamit pemuda yang sering di sapa Nino teman satu sekolah Reyhan.
“cepat
amat loe balik, bosan lagi deh gue di rumah sendiri” keluh Reyhan sambil
memetik gitar kesayangannya dengan nada asal – asalan.
“ada
acara keluarga di rumah nenek gue, gak enak kalau gak ikut loe maklumin aja
lah” kata Nino.
“eh
No gimana kalau gue ikut, gue bosan di rumah sendiri” pinta Reyhan sambil
nyengir kearah Nino.
“yah
boleh aja, tapi keluarga gue ngebosannin banget”
“hahahah
tenang aja dimana ada Reyhan di situe ada kebahagian karena gue selalu membawa
kebahagian” kata Reyhan pede sambil merentang kan tangannya.
“caelah
jangan ngedrama deh loe kalau mau ikut ayo cepat” ajak Nino yang sudah berdiri
di ambag pintu kamar Reyhan.
“oke
deh” Reyhan melompat dari tempat tidur dan mengambil jaket kulitnya yang ia
sangkut di atas kursi lalu langsung menyusul Nino.
Setelah
menepuh perjalanan dengan jarak yang lumayan jauh dari rumah Reyhan ke rumah
Nenek Nino, mereka tiba juga di sebuah rumah sederhana dan terkesan seperti
rumah dulu tapi masih sangat terawat.
Nino
dan Reyhan masuk kerumah itu, pamandangan yang Reyhan lihat jauh dari
pikirannya. Melihat Reyhan terkejut dengan pemandangan di depannya Nino
tersenyum mengejek Reyhan. Di rumah ini hanya ada orang – orang tua, Reyhan
punya filling kalau dia akan sangat bosan disini. Para orang tua ini hanya
ngomong kisah masa lalu yang membosankan.
“ini
yang loe sebut pertemuan keluarga? Ini mah reuni manula” bisik Reyhan pada
Nino.
“hey
bung yang loe sebut manula itu nenek gue dan anak – anaknya, bahkan nyokap dan
bokap gue termasuk” ujar Nino sambil berjalan kearah dapur meninggalkan Reyhan
bersaman manula – munula itu___ralat keluarganya.
Nino
membantu 2 orang bibinya yang sedang memasak, sedangkan Reyhan tiduran di ruang
sofa sambil membuat beberapa bentuk dari karet gelang yang selalu ada di saku
celananya. Sesekali ia menguap bosan. Reyhan memang terlalu pede kalau
kehadirannya bisa menghadirkan kebahagian, seharusnya sebelum ia mengucapkan kata
– kata itu ia harus siap untuk segala kondisi termasuk kondisi dimana ia di
cuekin.
“gimana
Rey loe bisa membawa kebahagian kesini?” tanyak Nino dengan nada mengejek.
“mereka
sudah bahagia, mungki gue harus buat diri gue sendiri bahagia” jawab Reyhan masih
sibuk dengan karet gelangnya.
“mungkin
sebentar lagi loe akan behagia. Tadi gue baru tau dari bibi gue kalau tante gue
yang bernama Erika akan datang, dia adik nyokap gue”
“haha
bahagia lengkap sudah penderitaan gue, berkumpul dengan tante – tante” Reyhan
tertawa di buat – buat untuk menanggapi perkataan Nino.
“dia
punya anak kembar masih kecil”
“benarkah?
Ini baru ok” akhirnya Rey menujukan
senyum manisnya.
Setelah
obrolannya dengan Nino tadi Reyhan benar – benar gak sabar menunggu kedatangan
tante Erika itu. bukan kerena dia suka tante – tante, tapi Reyhan ingin sekali
segera bermain dengan anak kembar tante Erika.
“Rey
tante gue udah di depan tue” teriak Nino yang sedang menghidangkan makanan.
Reyhan
segera berlari kearah pintu dan berdiri menyambut tante yang di maksud Nino.
Reyhan terus saja memperlihatkan senyum manisnya.
Krap
Kenop
pintu di putar, dan muncullah seorang wanita cantik dengan dua anak kembar di
tangan kirinya. Reyhan terpaku melihat objek di depannya.
‘terlalu muda untuk menjadi ibuk –
ibuk’ batin Reyhan masih terus memperhatikan perempuan di
depannya dengan seksama.
“hmm
ada masalah?” tanyak suara lembut itu dan menyadarkan Reyhan.
“eh
ma__maaf tante Erika saya boleh mengajak anak – anak? Ayo” perempuan itu nampak
cemberut di panggil dengan sebutan tante, namun ia tidak protes.
Reyhan
membawa dua anak kembar itu, Nino hanya memperhatikan mereka dia tersenyum
penuh makna, entah apa yang ada di pikirannya.
“tante
loe masih muda, kalau dia gak ada suami
sudah gue nikahin” bisik Reyhan lalu pergi meninggal Nino yang masih
mempertahankan senyumnya.
“sudah
gue duga” ucap Nino yang tentu saja tidak di dengar Reyhan.