Jumat, 09 Juni 2017

Sembuyi Dari Cinta

Zifa Melani seorang gadis yang selalu mengamati sang pujaan hatinya di bukit yang ia sebut ‘bukit tursina’. Semejak bergabung di salah satu Universitas ternama di kotanya, mengamati sang Kakak senior adalah hobby barunya. Zifa selalu duduk di bukit yang tidak tinggi itu sambil mengamati kegiatan Fahrul Arifin. Zifa sering memungkiri kalau ia jatuh cinta sama Fahrul, namun kebenaran itu tidak dapat ia sembunyikan selamanya dari teman – teman yang selalu ada untuknya.
            Zifa terlalu takut mengakui cintanya ia takut jika harus merasakan sakit, dia memilih memendam perasaan itu dan mengamati Fahrul diam – diam. Dia selalu berusaha bersikap santai saat ia bertatapan atau berbicara dengan Fahrul. Walaupun sulit untuknya Zifa selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk menyebunyikan perasaan itu.
            Zifa tau mencintai Fahrul adalah kesalahan yang besar, Fahrul sosok seorang Mahasiswa yang bisa di katakan sempurna. Ia ketua Himpunan jurusan Ilmu Komunikasi, pintar, selalu berperstasi dan masih banyak hal yang cocok mendiskripsikan Fahrul. Sedangkan Zifa hanyalah Mahasiswa baru yang tidak banyak dikenal orang, bahkan teman satu angkatannya saja belum semua mengetahui nama Zifa.
            “Fa kayak serius banget?” tanyak Wirda yang menatap Zifa dengan tatapan serius.
            “gak ada yang istimewa” respon Zifa santai
            “benarkah?” tanyak Wirda gak yakin dengan jawab santai Zifa.
            “ya ampun Wir loe kayak gak tau aja teman kita ini, kalau ia duduk di bukit ini ya pasti dia mengamati Kak Fahrul yang berada di LEB” tanggap Liska yang tengah mengotak – atik ponsel gengamnya.
            “ceritanya penggagum rahasia” tanggap Misna yang tengah menyantap somaynya.
            “eh Kak Fahrul kok menuju kesini?” tanyak Zifa panic.
            Zifa yang melihat langkah Fahrul menuju kearah tempat mereka berada merasa panic, tapi teman – temannya sangat santai. Langkah Fahrul makin mendekat, Zifa menarik nafas lalu berusaha bersikap sesantai mungkin.
            “hay, boleh berbicara sebentar?” tanyak Fahrul yang sudah berada di depan mereka.
            “iya memang Kakak mau bicara apa?” Zifa bertanyak balik dengan sikap biasa, dia dapat menyebuyikan perasaan itu dengan sempurna.
            ‘Wahyu bilang ni cewek selalu mengamiti gue, kok dia biasa aja gak ada kesan kalau ia menyukai gue’ kata batin Fahrul.
            “hmm tolong informasikan pada teman unit kalian kalau jurusan kita mengadakan pertemuan di aula hari Senin membahas tentang konsentrasi yang akan kalian ambil” kata Fahrul tanpa menatap Zifa yang jelas – jelas ada di depannya.
            “baik” jawab 4 sekawan itu serentak.
            Mendengar jawaban itu Fahrul tersenyum lalu pamitan untuk balik ke LEB, tapi pikirannya terus tertuju pada Zifa. Melihat tingakah Fahrul sekarang sepertinya ia diam – diam mencintai Zifa kerena terpengaruh cerita Wahyu.
            “Zifa Melani” gumam Fahrul dan menarik nafas berat saat mengingat gadis itu.
~Ooo~
            Hari senin yang di maksud Fahrul pun tiba, semua anak Ilmu Komunikasi angkatan 2015 memenuhi aula FISIP. Diam – diam Zifa dan Fahrul ternyata saling mengamati tapi sayang keduanya gak ada yang sadar. Walaupun mungkin teman – teman mereka melihatnya kedua ‘makhluk’ itu gak akan percaya.
            Zifa mendengar dengan seksama penjelasan Fahrul tentang konsetrasi Jurnalistik kerena Zifa tertarik dengan jurusa itu, ini semua bukan kerena Fahrul tapi benar – benar tulus dari hatinya. Pandangan Zifa kali ini juga tidak seperti biasanya, pandangan ini lebih menujukan kalau Zifa sedang menyimak penjelasan Fahrul bukan wajahnya atau gerak geriknya seperti yang ia lakukan seperti biasanya.
            ‘dia gak tertarik sama gue’ simpul batin Fahrul saat melihat tatapan Zifa, bahkan Zifa gak sadar kalau Fahrul memperhatikannya.
            Selesai dengan penejelasan ke 3 konsetrasi kini giliran menentukan pilihan, Zifa bangkit dari duduknya dan mengambil kertas itu lalu menulis namanya.
            “Kak!” seru Zifa pada Fahrul yang memang berada di sampingnya.
            “kalau kita telah menulis nama kita disini berarti saat pembagian kelas kita langsung masuk kekonstrasi yang kita pilihkan gak ada perubahan lagi?” tanyak Zifa menatap Fahrul.
            “iya” jawab Fahrul singkat tanpa lepas dari ponsel canggihnya.
            ‘apa dengan sikap ini bisa di katakan ia mulai tertarik pada ku?’ tanyak batin Zifa kecewa, lalu langsung pergi meninggalkan Fahrul. Tanpa di suruh siapan pun dengan reflexs Fahrul melihat kepergian Zifa dengan sedih.
            “wah loe mulai suka sama tu cewek ya” tanyak Wahyu yang ikut melihat kepergian Zifa.
            “gak” jawab Fahrul singkat dan pergi.
            “loe suka dia, begitu juga gue tapi dia juga menyukai loe, huff bodoh” oceh Wahyu sedih dan juga ikut meninggalkan tempat itu.
            Perasaan cinta yang disembuyikan oleh Zifa dan Fahrul tanpa mereka sadari membuat Wahyu dalam masalah besar. Wahyu yang diam – diam mempunyai hobby baru yaitu menangkap basah Zifa mengamati Fahrul malah menyukai Zifa. Banar kata orang perasaan cinta itu tidak bisa di control, karena perasaan itu akan tumbuh begitu saja tanpa mau tau dimana siapa dan kapan. Siap jatuh cinta siap merasakan sakit.
~Ooo~
            Ke esokan harinya, Zifa tengah duduk melamun dan menunggu kedatangan teman – temannya, tapi ia malah di kagetkan dengan kehadiran Wahyu. Wahyu menyapa Zifa dengan ramah, lalau duduk di meja yang sama dengan Zifa. Keduanya bercerita banyak hal hingga cerita itu tertuju pada permasalahannya dengan Fahrul.
            Wahyu mengatakan kalau ia dapat merasakan cinta Zifa yang begitu besar pada Fahrul, begitu juga sebaliknya. Bukannya percaya dengan cerita Wahyu, Zifa malah tertawa keras ia menganggap hal itu tidak mungkin sama sekali.
            “hmm Kak Wahyu mungkin benar mengatakan kalau aku menyukai Kak Fahrul tapi Kakak salah kalau bilang aku cinta sama dia. Dan apa? Kak Fahrul mencintai ku, apa Kakak serius ahhahahaha”
            “terserah kamu percaya atau enggak, kamu tau enggak bahkan Kakak menyukai kamu”
            “tau. Kalau Kakak gak menyukai ku Kakak gak akan mau berteman dengan ku, seperti Zifa juga menyukai Kakak” jujur Zifa dengan senyum manisnya.
            ‘tapi Kakak menyukaimu bukan seperti kamu menyukai Kakak” kata batin Wahyu lirih.
            Tengah asyik mengobrol, Wirda, Liska, dan Misna datang ikut bergabung. Mereka berlima terlihat sangat akrab, sesekali Wahyu kenak marah dari keempat gadis itu karena sibuk dengan ponselnya. Katanya sih lagi kirim pesan untuk kawan kalau ia lagi disini, para gadis itu pun memakluminya. Dan teman Wahyu katanya sebentar lagi akan datang, benar saja tanpa perlu menunggu lama sosok teman itu datang yang tak lain adalah Fahrul Arifin sosok yang sebanarnya lagi di hindari Zifa.
            “eh kalian juga ada disini?” tanyak Fahrul ikut bergabung.
            Setelah kehadiran Fahrul suasana nampaknya berubah, Zifa lebih banyak diam dari yang tadi dan ia sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Fahrul juga gak jauh bedanya, jika di tanyak maka ia akan menjawab dengan jawaban simple. Wahyu dan ketiga gadis yang berteman dengan Zifa saling memandang keduanya bergantian.
            “cukup” kata Wahyu tiba – tiba dan bangkit dari duduknya.
            “apanya yang cukup?” tanyak Fahrul memandang Wahyu.
            “kalian berdua cukup jadi orang lain, sekarang gue mohon kalian jadi lah diri sendiri yang satu bersikap cuek sibuk dengan ponsel untuk menyembuyikan rasa cinta dan yang satu lagi tiba – tiba jadi pendiam dan saat orang yang ia cintai ada di hadapannya malah bersikap biasa berusaha menutup rasa cinta, gue mohon cukup ber pura – pura” kata Wahyu panjang lebar kedua makhluk yang saling mencintai itu hanya diam.
            “Zifa kamu diam – diam mengamati Fahrul dan kamu mencintainya. Dan loe Fahrul semejak loe tau Zifa memperhatikan loe bukankah rasa cinta itu mulai timbul hmm loe menyembuyikan rasa cinta loe karena gak menangkap basah Zifa mengamati loe, kalian berdua bodoh. Kalau memang cinta tinggal bilang aja tunjukin kalau cinta jangan malah saat kalian berhadapan gini malah jadi orang lain” sambung Wahyu kesal, lalu meranjak pergi.
            Setelah kepergian Wahyu suasana malah jadi sunyi, seluruh orang di kantin memperhatiakan mereka. Music yang tadi di mainkan untuk menghibur para pengunjung malah di matikan. Zifa dan Fahrul saling memandang, pandangan yang berebeda dari baisanya.
            “Zifa” panggil Fahrul dan mulai membuka pembicaraan, Zifa menatap mata Fahrul.
            “apa yang di katakana Wahyu kalau aku mulai menyukai kamu itu semua gak__” perkataan Fahrul mengantung dia memandang Zifa yang ada dihadapannya
“gak benarkan” perkataan Fahrul yang mengantung itu malah di lanjutkan Zifa.
            “bukan, gak salah lagi kalau aku mulai menyukai kamu, tapi aku gak bisa menemukan cinta itu dari kamu bahkan saat pembicaraan konsetrasi aku memperhatikan kamu tapi kamu serius menyimak penjelasan Kakak”
            “ya Zifa serius setengah, setengah lagi Zifa berhayal tentang Kaka” jujur Zifa malu, yang ikut melihat adegan itu malah BAPER sendiri.
            “Zifa mulai sekarang buka muka palsu itu saat sama Kakak tunjukan kalau kamu menyukai Kakak, dan Kakak juga kan melakukan hal itu. kita lepaskan yang palsu dan mari mulai yang baru. Zifa Melani bersediakah kau menjadi kekasih ku” ucapan Fahrul itu bukan hanya membuat Zifa yang tegang tapi juga seluruh pengunjung kantin.
            “iya aku mau jadi kekasih dari Fahrul Arifin” keduanya tersenyum bahagia, dan yang lain menepuk tanggan ikut bahagia.
            Di luar kantin ternyata Wahyu melihat adegan itu dengan perasaan campur aduk antara bahagia dan sedih melihat mereka jadian. Liska yang tengah ikut bahagia tak sengaja menangkap wajah sedih Wahyu, ia keluar dan menghampiri Wahyu.
            “hey”
            “hay”
            “hmm Kakak baik?”
            “hmm Kakak bilang pada mereka harus jadi diri sendiri dan mengungkap kan rasa cinta mereka, tapi Kakak menyembuyikan rasa cinta Kakak untuk Zifa” perkataan Liska membuat Wahyu menarik sudut bibirnya dan membentuk sebuah senyum yang manis.
            “ya Kakak memakek topeng untuk kebahagian mereka, mereka saling mencintai Kakak akan mengacaukan semuanya kalau perasaan Kakak ini di ketahui, Kakak harap kamu gak bocor”
            “tenang aja Liska Riana tempat menyimpan rahasia terbaik” kata Liska tersenyum bahagia.
            “ok Kakak percaya, kamu mau ikut Kakak pergi dari tempat ini?” Liska menganggukan kepalanya untuk memberi jawaban pada Wahyu.
            ‘ya tempat menyimpan rahasia yang baik, bahkan Kakak gak sadarkan kalau selama ini aku memakek topeng untuk menutupi perasaan ku. Aku gak bisa jujur aku takut saat – saat seperti ini gak akan ku rasakan lagi, jadi lebih baik aku menyembuyikan rasa cinta ini, setidaknya sekarang dengan Zifa dan Kak Fahrul yang menyatu cukup membuat aku bahagia’ jujur batin Liska sambil mengikuti langkah Wahyu yang ada di sampingnya.

                                                                                                                                    END

            Cherry Alaric adalah nama pena yang biasa di pakai Merifa Moliya, seorang Mahasiswi di Universitas Malikussaleh jurusan Ilmu Komunikasi. Merifa Moliya sangat gemar berhayal, dari hayalannya ini Merifa Moliya sudah banyak  menghasilkan cerita. Merifa Moliya mulai menulis cerita saat kelas dua SMP.