Rabu, 14 Desember 2016

Coffe In Love






                Anjeli Sharma, gadis ceria yang baru saja melepaskan status jomblonya, Anjali sendiri masih merasa kalau ia sedang bermimpi dengan status yang ia sandang sekarang.  Sulit di terima akal sehatnya kalau sekarang ia memiliki status sebagai kekasih dari pelayang tampan yang menjadi idola di restoran tempat ia nongkrong biasanya bersama teman-temannya .
                Anjali dan si pelayan tampan yang memiliki nama lengkap Ferry Rizky ini baru berpacaran selama 4 hari. Setelah hari jadiannya 3 hari yang lalu, Anjeli tidak pernah menunjukkan batang hidungnya di Restoran dan hari ini Anjeli baru muncul kembali di Restoran itu.
                Seperti biasanya Anjeli dan teman-temannya duduk di sudut restoran sambil mengamati gerak gerik Ferry. Tengah asyik mengamati sang kekasih, Anjeli malah di bakar api cemburu saat mendengar -percakapan gadis-gadis yang dekat dengan mejanya. Gadis-gadis yang seusianya itu terus saja membicarakan ketampanan kekasihnya itu. Bahkan salah satu dari mereka mengajak Ferry mengobrol dan ingin lebih dekat dengan Ferry, teman-teman Anjeli yang melihat ekspresinya hanya bisa  menahan tawa.
                “kalau loe suka sama Ferry jujur dong, jangan cemburu tanpa status gitu” bisik salah satu teman Anjeli.
                “mereka memiliki hubungan” komentar Salsa yang tau pasal hubungan Ferry dan Anjeli.
                “hubungan apa?” tanyak ketiga teman mereka penasaran.
                “hubungan pelayan sama pelanggan” beber Anjeli menahan tawa melihat wajah teman-temannya, antar ingin kesal atau terkejut.
                “aish, gue pikir hubungan apa”
                “ya udah gue mau lanjut nguping dulu” bisik Anjeli
                Anjeli kembali melanjutkna aksinya menguping pembicaraan gadis-gadis yang memuja kekasihnya itu. anjeli benar-benar kesal, saat mendengar pembicaraan mereka yang mengarah untuk meminta nomor ponsel kekasihnya. Ingin sekali dia banggun dari duduknya dan mengumumkan kalau Ferry adalah kekasihnya, tapi Anjeli kembali memutar memori otaknya kalau ia sendiri yang meminta untuk merahasiakan hubungan mereka.
                Ferry yang tengah melayani pelanggan diam-diam nampak melirik Anjeli yang sedang di bakar api cemburu itu dia sedikit tersenyum melihat kecemburuan Anjeli. Setelah melayani pelanggannya Ferry berjalan kearah meja Anjeli dan membereskan piring kotor mereka. Dan tanpa yang lain sadari Anjeli dan Ferri bermain mata, Anjeli memasang wajah cemburunya sedangkan Ferry tersenyum manis menaggapinya.
                “uff” Anjeli narik nafas berat, Ferry mengkerutkan keningnya melihat tingkah Anjeli, matanya menanyakan ‘ada apa?’
                “sayang! Aku mau pesan coffe seperti biasa satu lagi” kata Anjeli manja, sontak teman-temannya memutar kepala mereka menghadap dua makhluk itu.
                “Cuma satu?”
                “hmm pakek cinta” kata Anjeli tersenyum manis.
                “ok. Pakek cinta kasih sayang dan tambah satu pelukan” ucap Ferry sambil merentangkan tanggannya.
                Sontak perkataan Ferry dengan volume yang keras itu menarik perhatian pelanggan lain, bahkan gadis-gadis yang tadi mengoda Ferry membulatkan matanya. Sedangkan Anjeli kembali tersenyum menang dengan wajah yang bersemu mereah.
                “tunggu sebantar ya sayang!” sambung Ferry dan berlalu pergi.
                Setelah kepergian Ferry, Anjeli kembali mendapatkan tatapan mengintimidasi dari teman-temannya yang benar-benar penasaran dengan hubungan Ferry dan Anjeli.
                “hubungan kalian lebih dari pelanggan dan pelayan kan?” simpul Rio dan mendapatka anggukan setuju dari kedua teman mereka yang lain.
                “kalian teman dekat? Sahabat? Pacaran? Tunangan atau…”
                “suami istri” potong Anjeli menahan tawa melihat ekspresi kaget Yulia.
                “itu hanya gurowan kan?” tanyak Vela lesu.
                “gimana Sa? Apa itu gurowan?’
                “Mungkin” jawab Salsa santai.
                Suasana meja Anjeli pun menjadi aneh, teman-temannya sibuk dengan penalaran mereka. Untuk saat ini mereka tidak bisa percaya Salsa apalagi Anjeli, mereka harus menyelidiki sendiri hubungan yang sebenarnya. Bahkan Ferry yang baru datang membawa coffe sendikit binggung dengan tingkah teman-teman kekasihnya, lebih lagi tatapan mereka pada dirinya.
                “ini coffe special buat yang special” kata Ferry dengan senyum manisnya.
                “sa….”
                “mas boleh minta tisunya” pinta gadis itu dan berhasil membuat Anjeli kembali memasang wajah cemberutnya.
                “ah iya baik”
                “woi sekalian bilang sama bandnya untuk nyanyi lagu lain” kata Anjeli dengan wajah cemberut, Ferry yang sudah meninggalkan meja Anjeli hanya mengukirkan senyum manisnya.
                “Jel, loe kenapa sih? Sebenarnya hubungan apa sih ini?” tanyak Rio binggung.
                “diam loe!” printah Anjeli ketus, yang membuat nyali mareka ciut hanya Salsa yang tersenyum.
                Sesuai permintaan Ajeli, Ferry naik keatas panggung dan mulai berbicara dengan vokalis band, namun di luar dugaan vokalis band itu malah mengumumkan kalau Ferry yang akan bernyanyi. Semua pengunjung berteriak semangat, kecuali Anjeli yang memasang wajah terkejut.
                “khem, lagu yang akan saya nyanyikan ini saya persembahkan untuk yang special dalam hati saya, dia yang telah mampu merebut separuh hati saya. Maaf sayang tadi aku telah membuat kamu cemburu” kata Ferry tulus dan sekilas melirik Anjeli yang menatapnya.
                “siapa juga yang cemburu” gumam Anjeli.
                “apa? Loe bilang sesuatu?”
                “enggak”
                “sayang berhenti mamasang wajag cemberut, kau makin terlihat mengemaskan kalau seperti itu” kata Ferry tanpa menatap Anjeli, semua pengunjung Restoran khususnya gadis mulai menerka-nerka siapa gadis beruntung itu.
                “gue rasa dia memang telah punya kekasih, dan dia ada ditengah-tengah kita” kata Vela sambil menyenggol Anjeli. Anjeli tersenyum mananggapi perkataan itu.
                “ini untukmu sayang” sambung Ferry dan alunan music dari band pengiring mulai mengalun di restoran itu.
‘kan ku utarakan kepadamu  Semua yang ada di hatiku
 Aku mencintai kamu  Dengarkan janjiku
Kan ku sayangi kau sampai akhir dunia Dan kujadikan kamu wanita
Paling bahagia di seluruh dunia Karena kamulah satu-satunya
Jadi terimalah oh cintaku  Jangan kau patahkan hatiku
 Aku mencintai kamu  Dengarkan janjiku
Kan ku sayangi kau sampai akhir dunia Dan kujadikan kamu wanita
Paling bahagia di seluruh dunia Karena kamulah satu-satunya
Kan ku sayangi kau sampai akhir dunia Dan kujadikan kamu wanita
 Paling bahagia di seluruh duniaKarena kamulah satu-satunya’
                Anjeli menatap penuh cinta Ferry yang bernyanyi untuknya itu, bahkan dia tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang ia tau saat ini dia sangat mencinta Ferry Rizky. Tak jauh beda dengan Anjeli Ferry juga menatap Anjeli penuh cinta, dan sempat beberapa kali dia tersenyum manis pada Anjeli. Sebuah senyum penuh cinta yang hanya ia tunjukan pada kekasih hatinya itu, sebuah senyum yang bisa menghilangkan rasa cemburu, amarah bahkan rasa lelah Anjeli.
                ‘maaf telah meragukan mu sayang, seharusnya tadi kau sebutkan saja namaku jangan lagi menjaga permintaan bodohku. Namun, itu semua juga gak jadi masalah jika kau terus menatapku seperti ini, aku ingin agar mereka semua tau kalau aku milikmu dan kamu milik ku. I love you kekasih ku’ ucap batin Anjeli dengan senyum yang selalu merekah.




Kamis, 17 November 2016

Pangeran Impian dan Tuan Putri Hayalan


Pangeran Hayalan &Tuan Putri Impian

Hidup di negeri dogeng adalah impian setiap orang apa lagi jika sejak kecil selalu mendengar kisah – kisah dogeng. Dimana di negeri itu banyak hal – hal yang mustahil terjadi, ada banyak keajaiban. Binatang bisa bicara, kuda terbang, ada Pangeran berkuda putih, tuan Putri yang cantik, kisah yang sempurna yang hanya ada di negeri dongeng menurut beberapa orang. Namun, tidak utuk gadis yang kini menginjak usia 20 tahun baginya cerita dan negeri dongeng suatu hal yang nyata. Gadis yang masih duduk di bangku kuliah ini yang juga berprofesi sebagai penyiar radio ini percaya kalau suatu saat dia akan mendapatkan seorang Pengeran yang selalu ada di dalam dunia hayalannya, dia aneh tapi bukan hanya dia mungkin ada orang lain yang seaneh dia.
            Gadis yang biasa di sapa Putri Asaufa ini bahkan tak jarang berprilaku bak Putri kerajaan  dari negeri dongeng. Sikapnya yang lembut, bicaranya yang sopan, bertingkha anggun, kata – kata yang bijak saat menyelesaikan masalah dia benar – benar mencerminkan seorang Putri Raja. Bahkan para pengemarnya di radio sangat suka curhat pada Putri Asaufa, mereka semua rata – rata senang mendengar cara Putri Asaufa bicara dan nasehat yang ia sarankan.
            Walaupun ia bukan keturunan asli kerajaan dan bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, tapi Putri Asaufa bisa beretika dengan baik.
            “Tuan Putri Asaufa” mendengar suara itu Putri Asaufa langsung menoleh keasal suara dan menebarkan senyumnya lagi.
            “hal apa yang membuat anda melamun tuan Putri?” tanyak suara itu lagi namun lagi -  lagi Putri Asaufa hanya menebarkan senyumnya.
            “Pangeran Edga?” sambung suara itu lagi.
            “hm, Pengeran Edga aku tidak bisa menghilangkan bayangannya dari ingatan ku”
            “uff ayolah malam ini aku menginap di rumah mu bukan ingin mendengar cerita Pengeran Edgamu itu” kata gadis yang sering disapa Rena itu sambil membaringkan tubuhnya di samping sahabatnya Putri Asaufa.
            “tapi Pangeran Edga itu nyata” kata Putri Asaufa ikut berbaring.
~Ooo~
            Sebuah tempat yang sangat indah dimana mereka selalu bertemu dan mengenal satu dengan yang lain. Sebuah hutan yang di penuhi dengan aneka tumbuhan – tumbuhan indah, mungkin jika kita melihat tempat ini kita akan berpikir kalau kita sedang ada di Wonderland atau Neverland tempat para peri dan Patarpan berada.
            Dimana tempat itu sangat indah dan penuh dengan keajaiban tapi sangat berbahaya, Neverland Paterpan dan Pink atau Tingkelbell selalu harus bertarung dengan bajak laut si Kapten Hook untuk menjaga wilayah mereka dan Wendy si manusia cantik yang datang ke Neverland bersama saudara – saudaranya.
            Namun, tempat Pangeran Edga dan Putri Asaufa bertemu bukan lah tempat sebahaya itu, tempat ini sepi tidak ada satu pun terlihat makhluk lain yang berbetuk manusia seperti mereka. Disini hanya terdengar suara kicauan burung yang merdua atau suara binatang – bintang lain yang lucu dan tidak berbahaya, di tempat ini juga ada sepasang Vegasus dan sepasang Unicorn yang dianggap hanya sebagai makhluk mitologi, juga ada kuda putih yang biasa di tunggangi sang Pengeran.
            Hari itu Putri Asaufa datang kehutan yang sepi itu menulusuri hutan di temani sang unicorn, yang nampak celinggak – celingguk tengah mencari Pangeran Edga mungkin. Alunan suara harmonica terdengar merdu di tengah hutan, kaki Putri Asaufa terus melangkah hingga bayangan sosok laki yang tengah bersandar di pohon membuat ia tersenyum. Putri Asaufa terus mendekat menatap lekat pemuda yang tengah memejamkan matanya itu.
            “anda lama Tuan Putri” tutur pemuda yang masih menutup matanya itu.
            “maafkan saya Pangeran” ucap Putri Asaufa dan ikut duduk di sampingnya.
            Pemuda yang di panggil Pangeran itu tidak mengatakan apa pun ia hanya diam dan kembali memejamkan matanya.
            “selain harmonica, buku apa yang di tangan anda Pangeran?” tanyak Putri Asaufa yang di selimuti rasa penasarannya.
            “Peterpan, kamu ingin membacanya?” tawar sang Pangeran menyodorkan buku itu pada Putri Asaufa.
            “tidak, aku ingin Pagerena Edga membawa ku jalan – jalan dengan kuda itu” kata Putri Asaufa sambil tersenyum manis.
            Pangeran Edga tidak menjawab apapun permintaan Putri Asaufa, tapi setidaknya dengan ia tersenyum dan berdiri tegap bisa di simpulkan kalau ia bersedia mengabulkan permintaan sang Tuan Putri.
            “terimakasih” ucap Putri Asaufa dihiasi senyum manisnya.
            Dengan pelan kuda putih Pangeran Edga berjalan membawa mereka berdua menggelilingi hutan indah itu. Sepanjang hutan yang mereka telusuri semua binatang berdiri menatap mereka seakan tersenyum bahagia melihat Pangeran dan Putri itu.
            “Pangeran” panggil Putri Asaufa, ketika kuda yang mereka tunggangi berhenti disebuah sungai yang di suguhi pemandangan air terjun.
            “ya” sahut Pangeran Edga lembut.
            “mereka tidak percaya kalau Pengeran itu ada” kata Putri Asaufa, Pangeran Edga menarik sudut bibirnya dan membentuk sebuah senyum yang manis.
            “apa orang yang ada disekeliling Pangeran percaya aku ada?” tanyak Putri Asaufa lagi.
            “tidak. Tapi bagiku Putri itu ada dan nyata” kata Pangeran sambil tangannya membelai lembut rambut Putri Asaufa.
            “selain tempat ini, aku punya tempat favorit lain Restoran Raja meja 8 aku sering kesitu” ucap Putri Asaufa.
~Ooo~
            “Edga, banggun sayang sudah pagi” suara itu menggema membuat si pemilik nama spontan melompat dari kasur king zinenya.
            Sedikit merapikan penampilannya ia langsung berlari dan membuka pintu kamarnya, sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu tersenyum lembut padanya.
            “selamat pagi Ibunda” sapanya sambil memeluk Ibundanya.
            “selamat pagi juga Pangeran Edga Dhafir, apa acara kamu hari ini?”
            “hmm ananda ingin kembali ke Indonesia”
            “Apa? Kamu serius”
            “Ma 15 tahun kita telah meninggalkan Indonesia dan Edga gak pernah balik ke Indonesia jadi saat ini Edga ingin kembali kesana”
            “hmm kalau itu sudah keputusan kamu apa yang bisa Mamah lakukan, silahkan kembali ke Indonesia”
            Edga masuk kekamarnya mandi menyiapkan pakain dan barang yang kan ia bawa, juga menghubungi seseorag untuk memesankan tiket pesawat untuknya. Setelah semua keperluan beres Edga turun keruang makan dengat tas ransel yang sudah bertengker di bahunya. Mereka melakukan aktifitas makan dalam diam hanya tersengar suara sendok dan piring saat bertemu. Selesai makan anggota keluarga itu pun saling menatap.
            “Ayah dengar dari Mamah kamu akan kembali ke Indonesia?” tanyak sang kepala keluarga menatap anak mereka.
            “iya” jawab Edga singkat.
            “hmm Ayah izinkan”
            “makasih Yah”
            “di sana jaga lah dirimu baik – baik”
            “hmm”
            Setalah menempuh jarak yang lumayan Edga pun tiba di Indonesia, Edga berdiri di luar bandara sambil mengamati secercik kertas yang di berikan ibunya. Isi kertas itu adalah alamat tantenya, selesai mengamati kertas itu Edga menarik nafas lalu memanggil taxsi. Di taxsi Edga kembali mengambil kertas itu dandi tunjukan pada sopir taxsi.
            Di taxsi Edga terus memikirkan Mimpinya, hingga suara radio yang disetelah oleh supir taxsi menyadarkannya dari lamunannya itu.
            “pak siapa penyiar itu?” tanyak Edga penasaran.
            “hmm dia sering menyebunya dengan Tuan Putri, anda suka?” tanyak Supir Taxsi, Edga hanya diam.
            ya buat kamu yang tadi udah hubungi kita, kamu boleh saja ingin bersama si dia tapi kamu jangan sampek menyakiti hati orang tuamu. Yakinkah orang tua mu dengan cara yang baik dan jangan sampek kau menyakiti mereka dan…’
            “pak, bagaimana cara menghubunginya”
            “oh gampang tuan, ini anda bisa pakek ponsel saya, saya sering curhat pada Tuan Putri” kata supir taxsi dan menyerahkan ponselnya.
            “hallo, rsetoran Raja meja delapan” kata Edga dan menutup sambungan telponnya.
Ooo
            Putri Asaufa, terdiam saat mendengar suara penelpon misterius tadi yang tidak menyebutkan alamat bahkan namanya. Putri Asaufa meneteskan air matanya lalu ia berlari keluar dari ruang penyiaran, suasana pun sediki kacau. Acara yang dibawakan Putri Asaufa pun di tutup begitu saja.
            “kau mau kemana?” tanyak rekannya yang mengejar Asaufa.
            “mencari mimpi ku” kata Putri Asaufa dan kembali berlari.
            Dengan air mata yang bercucuran, Putri Asaufa pergi ke restoran Raja dia berdiri di Restoran itu dan mengamati Restoran yang ramai itu. Dia melangkah kan kakinya untuk masuk ka dalam Restoran, matanya terpaku saat melihat sosok yang tengah duduk di meja nomor 8.
            Merasa di perhatikan sosok pemuda itu berpaling kearah Asaufa, mata terkejut menatap siapa yang tengah memandangnya. Tanpa di perintah kaki itu melangkah mendekati Putri Asaufa, dia menarik Putri Asaufa. Mereka berpelukan lama soalah sudah tidak bertemu sangat lama, bahkan rasanya kini waktu berhenti menyaksikan mereka.
            Mereka terus melepaskan rindu, hingga pelan-pelan suasana restoran berubah, mereka seperi masuk kedimensi lain. Di mana disitu hanya ada mereka berdua yang sedang sangat bahagia. Burung-burung terasa bernyanyi gembira melihat mereka yang menyatu. Pelan-pelan pelukan erat itu mulai mengedor, mereka pun kembali ker restoran raja dan semua pelanggan kini sedang menatap mereka dengan ekspresi yang berbeda-beda.
            “kau nyata” itulah kata yang terlontar dari mulut mereka berdua. Keduanya pun tersenyum bahagia dan kembali berpelukan.
Ooo
            Putri Asaufa terlihat sangat cantik dengan gaun hijau lumutnya, dia menatap pantulan dirinya di cermin. Dia sangat senang hari yang ia tunggu akhrinya tiba juga, dia sempat pikir mimpinya selamanya akan menjadi mimpi.
Tok…tok..tok
            Suara ketukan pintu itu membuatnya mengalihkan pandangannya kearah pintu, dia melihat dua sosok pemuda yang masih asing baginya.
            “hay, aku Wiliam teman sekampusnya Edga, ah aku kembali ke Indonsia untuk menghadiri pernikahannya, aku gak menyangka itu” kata Wiliam sambil menjabat tangan Putri Asaufa.
            “dan aku Kim Jo Ah, kau sangat cantik tuan Putri Asaufa, kau wujud nyata dari putri impiannya Edga” kata Kim Jo Ah dengan bahasa Indonesia yang berlepotan.
            “kalian pikir Cuma kalian, aku bahkan menganggap sahabat ku ini gila, menunggu Pangeran Hayalannya, tapi kenyatanyaanya hari ini mereka akan menikah” kata Sahabat Asaufa yang ikut masuk.
            “khem, kalian kesini ingin menjemput ku atau ingin berpendapat disini”
            “hahahaha kami mau menjemputmu, ya sudah ayolah”
            Putri Asaufa diiring ke pelaminan yang serba hijau itu bahkan terkesan mereka sedang di dalam hutan. Hutan di mana mereka sering berjumpa di dalam mimpi mereka. Pengeran Edga tersenyum menyambut kedatangan Tuan Putrinya. Mereka terlihat sangat serasi keduanya cantik dan tampan, dan kedua nya benar-benar terlihat seperti Pangeran dan Putri.
            “aku sangat senang kau nyata” bisik Putri Asaufa.
            “aku juga sangat gembira bisa menikahi mu” bisik Pengeran Edga.
            “semoga kita selamanya bersama”
            “amin” keduanya pun bergendengan tanggan dan tersenym bahagia, yang menyaksikan adegan itu pun ikut gembiran.
            Walaupun jujur mereka masih menganggap penganti baru itu aneh. Sering bertemu dalam mimpi, mencari keberadaan. Sehari bertemu dan langsung memutuskan untuk menikah, acara pernikahan yang hanya disiapkan dalam waktu 2 minggu benar-benar pasangan aneh. Mungkin begitulah pandangan mereka, tapi mereka dapat merasakan cinta yang kuat diantara mereka.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                END


Valeya dan Kutub Utara




            Penyihir macam apa yang hidup di masa sekarang, apa dia punya sapu terbang, tongkat sihir atau jubah dan topi hitamnya itu. Kalau di sekitar kita ada hal seperti itu gimana caranya kita tau, apa dengan membuat dia kesal dan ia akan berubah atau mengeluarkan sihirnya. Itulah yang kira – kira sedang di bahas Valeya, Citra dan Bella.  Ketiga gadis yang sudah akrab saat pertama kali menginjak kan kakinya di salah satu Universitas di kotanya ini, memang mempunyai hobby yang sama yaitu membahas tentang penyihir, sebenarnya kedua temannya itu yang ikut – ikut Valeya saja.
Valeya maupun kedua temannya memang senang membahas topic ini, tapi mereka gak percaya kalau hal semacam itu ada. Sampek saat ini mereka belum percaya kalau orang yang bisa mengendalikan waktu, mengeluarkan kekuatannya di tangan mereka itu ada, apalagi  memiliki barang – barang penyihir. Bukankah barang – barang seperti itu banyak di jual.
Dan kali ini dalam pembahasan mereka sedikit berbeda, pasalnya dari tadi dari mulut mereka terdengar nama Viras Armit disebut – sebut. Viras Armit adalah sosok kakak letting yang gak banyak bicara, tapi ramah baik juga sangat pandai. Namun, Valeya bilang Viras adalah cowok paling dinggin yang pernah ia temui, bukan dinggin dalam artian irit kata – kata, tapi suhu bandan Viras memang sangat dinggin.
Valeya yang pernah gak sengaja bersetuhan dengan Viras sempat sangat terkejut saat tanggannya bersetuhan dengan tanggan Viras. Valeya sendiri menganggap ini hal yang wajar karena saat itu masih pagi, tapi tetap saja Viras jadi topic pembicaraannya.
Mereka yang sedang serius membicarakan Viras gak sadar kalau sang objek pembicaraan dari tadi menguping pembicaraan mereka. Dia menarik sudut bibirnya saat mendengar penuturan Valeya yang polos itu ‘kalau penyihirnya segantang Kak Viras aku mah rela kalau hati ku di bekukan hanya untuk dia’.

Ooo
Bulan telah menyapa, Valeya Anadia terlihat sedang melakukan aktivitasnya seperti biasa. Dia sedang berkutik dengan laptop kesangannya, dan melakukan hobbynya selain membicarakan sihir, yaitu menulis cerita sihir. Kisah yang ia tulis hampir semuanya sama, tapi bagi Valeya itu belum terlalu penting yang penting apa yang ia pikirkan bisa menjadi sebuah cerita.
Di malam yang indah ini selain mengetik ceritanya, Valeya juga tengah di bayang – bayangi wajah Viras. Obrolannya tetang Viras dengan teman – temannya itu tadi membuat Valeya blank, dan di dalam pikirannya ini sekarang hanya ada Kak Viras Armit
Bahkan di jam yang sudah semalam ini Valeya melihat Viras tengah berdiri di jendela kamarnya dan menatap Valeya dengan lembut. Valeya membalas tatapan itu sambil memperlihatkan senyum manisnya. Kaki jenjang milik Viras kini mendekat kearah tempat tidur Valeya.
“kau percaya tentang sihir?” tanyak Viras yang menundukan kepalanya menatap mata Valeya dari dekat.
“eh? Ini nyata” Valeya malah terkejut saat sadar kalau Viras sedang berbicara dengannya sekarang. “bagaimana Kakak bisa masuk kesini? Dan di jam selarut ini” sambung Valeya.
“apa pendapatmu tentang penyihir atau kekuatan sihir?” bukannya menjawab Viras malah mengacuhkan pertanyaan Valeya dan menayakan hal lain padanya.
“sihir? Kekuatan mistik, tapi Valeya gak percaya kalau sihir itu kekuatan dukun gelap. Tapi sihir adalah kekuatan penyihir, seperti nenek sihir” kata Valeya semangat.
“belum tentu yang memiliki sihir adalah nenek sihir” kata Viras.
“kenapa enggak, aku sering melihat kalau yang punya sihir itu adalah nenek sihir” keras Valeya dengan pendapatnya.
“bagaimana dengan peri?” tanyak Viras. Valeya terdiam sejenak menanggapi pertanyaan Viras.
Otak Valeya terus berputar untuk membantah pendapat Viras, Valeya terus mengoceh tentang pendapatnya mengenai sihir, Viras yang tadinya berdiri kini duduk di samping Valeya. Valeya masih bersikeras kalau yang punya sihir dan di sebut penyihir adalah nenek sihir, peri tidak termasuk dalam katagori itu.
“bagaimana kalau aku penyihirnya? Apa aku juga nenek sihir?” pertanyaan Viras berhasil membungkam kan mulut Valeya.
“…” hening.
“bagaimana kalau aku bilang aku memiliki kekuatan sihir?” tanyak Viras lagi.
“…” Valeya masih diam dan memandang Viras.
“bagaimana kalau aku keturanan peri es?” tanyak Viras lagi, dan kali ini membuat suasana di dalam kamar berubah.
Valeya membulatkan matanya saat melihat kondisi kamarnya sekarang, ini di luar logika manusia. Namun, ini jelas terjadi di depat matanya, suhu di kamar Valeya berubah menjadi dinggin dan dihiasi salju.
“mustahil, aku suka sihir tapi gak mungkin ada yang memiliki kekuatan itu” gumam Valeya antar terkejut dan takjub.
“kami ada, aku buktinya aku keturanan Peri es dan aku bukan nenek sihir” kata Viras sambil tersenyum. “kau ingin seperti ku?” sambung Viras lagi, dan Valeya menganggukan kepalaya. “tutup matamu!” printah Viras.
Sesuai intruksi Valeya menutup matanya, Viras membuka mulutnya dan sebuah bola yang bersinar keluar dari mulutnya. Dia menggengap bola itu dan menatapnya dengan eksprisi yang sulit di artikan, lalu Viras menyuruh Valeya membuka mulutnya. Setelah mulut Valeya terbuka bola yang bersinar itu dengan sendirinya masuk ke mulut Valeya.
“kau orang yang tepat” bisik Viras.

Ooo
Tring…tring…tring
Suara jam weker yang nyaring itu mengintruksi Valeya banggun dari tidur lelapnya, lalu ia duduk di atas tempat tidur. Otaknya kembali memutar pembicaraannya dengan Viras yang terkesan sangat nyata, namun sayang itu semua hanya mimpi indahnya.
Valeya menguap dan merentangkan otot-otot tegangnya, baru mau turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi suara Sunu sang kakak kesayangan menggagetkannya.
“Valeeeeeeee cepat kita bisa teralmbat” teriak Sunu dengan nada yang terdengar kesal.
15 menit kemudian Valeya keluar dari kamarnya dan bergabung dengan keluarga kecilnya, Sunu menyambut Valeya dengan tatapan horornya. Dia kesal semejak Valeya bergabung di Universitas yang sama dan di jurusan yang sama dengannya, Sunu selalu saja terlambat.
Walau bersaudara mereka berdua memiliki banyak perbedaan, yang salah satunya masalah banggun pagi. Sunu selalu banggun lebih cepat dari Valeya, karena hal ini mereka sering berdebat tentang siapa yang pantas jadi cowok dan siapa yang pantas jadi cewek.
“Pah bilang sama anak kesayangan Papah ini kalau sekarang kita harus berangkat” kata Sunu, mendengar penuturan sang Kakak Valeya malah senyam-senyum.
“Pah kami pamit dulu ya” ucap Valeya.
“Sunu kamu nyetirnya hati-hati ya” nasehat Papah.
Di perjalan Sunu terus bercoleteh tentang sikap Valeya yang tidak pernah berubah dan selalu saja tidak bisa menjadi seorang gadis yang elegan seperti gadis pada umumnya. Dia kecewa pada adik perempuan satu-satunya yang lebih ia rasakan seperti adik laki-laki untuknya. Dia juga sangat menyesal menyetujui usulan Papah untuk satu Universitas dan satu jurasan dengan Valeya, kerena dengan hadirnya Valeya merusak gelar Sunu sebagai Mahasiswa paling tepat waktu di jurusannya dan tentu saja di unitnya. Namun, semejak kehadiran Valeya, Sunu hanya bisa mengwujud kan hal itu dalam mimpinya.
“Kak udah jangan ceramah lagi pagi-pagi, kitakan sudah sering membicarakan ini” bantah Valeya, muka Sunu mulai memerah saat mendengar perkataan Valeya.
“kamu, memang gak pernah berubah. Aku kasian sama Papah yang selalu meyalah kan dirinya karena tidak bisa membuat kamu menjadi seperti keingina Ibu. Seharusnya kamu bisa mengantikan posisi Ibu bukannya menjadi seperti ini” kata Sunu dengan suara yang agak keras, tanpa diprintah air mata menetes membasahi pipi Valeya.
Suasana yang terciptakanpun jadi aneh, keduanya Cuma dia larut dalam pikiran masing-masing. Sunu yang tengah menyesali ucapannya, dan Valeya yang tengah merenungi perkataan jujur Sunu.
“maafkan Kakak” ucap Sunu lalu menyesal.
“enggak Kakak gak salah, oh ya Vale gak mau mengantikan posisi Ibu tapi Valeya akan berusaha menjadi seperti yang Kakak dan Papah ingin kan” ujar Valeya yakin sambil mengubarkan senyum manisnya, Sunu membalas dengan senyum terbaiknya. “oh ya Kakak tau kenapa hari ini Valeya benggun telat?”
“memang kenapa? Mana Kakak tau kamu belum cerita” kata Sunu masih focus pada acara menyetirnya.
“karena Viras Armit, aku memimpikannya memiliki kekuatan sihir” kata Valeya semangat sambil nyenggir.
“uff ampun deh” respon Sunu sambil menarik nafas berat.
Ooo
            Setiba dikampus Valeya masuk ke kelasnya dan Sunu ke kelasnya. Di dalam ruangan Sunu terlihat teman-teman baiknya telah datang dan menatapnya dengan tatapan mengejek. Pasalnya Sunu kembali memecahkan rekor terlambat paling lama, coba saja kalau ada dosen pasti ia akan di pastikan untuk belajar di luar sekarang.
            “telat lagi, seperti rekormu harus diganti sekarang tuan” ejek salah satu teman Sunu yang biasa disapa Helmy.
            “alasan apa lagi yang adek loe gunakan hari ini?” tanyak yang lainnya tanpa menatap Sunu.
            “gara-gara Viras Armit” kata Sunu yakin, Viras yang duduk dekat jendela ruangan itu pun sempat menghentikan aktivitas membacanya.
            “kenapa loe natap gue gitue?” tanyak Viras yang merasa di perhatikan oleh Sunu.
            “kalau loe yang merusak mimpi adek gue atau membuatnya lebih baik tidak masalah” kata Sunu santai dan duduk di samping Viras.
            “dan kalian akan menjadi saudara yang menyenangkan” kata seorang teman yang biasa mereka sapa Tio itu.
Ooo
            Jam makan siang, semua mahasiswa memadati katin kampus disana terlihat Sunu, Viras dan teman-temannya yang sedang duduk dengan tenangnya siap menyatap makan siang mereka. Dan tak jauh dari situ terlihat Valeya dan teman-temannya yang tengah menatap kearah Viras.
            “kalau loe yakin, loe pastiin sekarang” kata Bella dan mendorong Valeya.
            Valeya menarik nafas, lalu melangkah pasti mendekati tempat Viras berada. Tujuannya sekarang adalah menepati kursi kosong di samping Viras dan mengenggap tangganya. Langkah Valeya makin dekat, dan entah kebetulan Viras mengukir sebuah senyum misterius.
            “kosongkan?” sesorang mengajukan pertanyaan dan langsung duduk di samping Viras tanpa menunggu jawaban dari Viras dan tema-temannya.
            “aish, nyebelin” gumam Valeya, tapi ia tidak menghentikan langkahnya dia tetap mendekat kearah Viras.
            Valeya berdiri tepat di belakang Viras, Sunu yang melihat langsung menyapa adik perempuannya itu. valeya tidak peduli dengan sapaan Sunu yang ada di benaknya sekerang hanya menyentuh Viras. Valeya kembali menarik nafas, lalu dengan cepat ia menyetuh tangan Viras yang sedang memegang sendok.
1 detik…
2 detik…
3 detik…
4 detik…
            “kya Valeyaaa apa yang kamu lakukan?” tanyak Sunu seperti pak lurah yang menangkap pasangan mesum, sedangkan Viras dan Valeya Cuma menunujukan ekspresi biasa. Lalu Valeya langsung berjalan meninggalan Viras dan teman-temannya. Valeya kembali pada teman-temannya dan mengatakan apa yang dia rasakan pada mereka. Sedangkan Sunu dan teman-temannya memasang ekspresi aneh kecuali Viras yang melanjutkan acara makannya.
            “itu hanya mimpi, tanggan tidak dinggin”
Ooo
            Ke esokan harinya walaupun telah memastikan sendiri tangan Viras, Valeya masih negarasa kalau Viras adalah peri es. Buktinya hari ini saat Viras dan teman kakaknya yang lain Valeya hanya menatap Viras, ia masih penasaran dengan Viras.
            Saat ini ekor mata Valeya menatap Viras yang pergi ke dapur dan tanpa di perintah kakinya mengikuti langkah kaki Viras. Dia terus memperhatikan Viras yang tengah meneguk air putih itu.
            “ada apa?” tanyak Viras tanpa menatap Valeya.
            “Kakak memiliki sihir kan?” pertanyaan bodoh itu langsung meluncur dengan bebasnya dari mulut Valeya, Viras hany tersenyum mendengar pertanyaan itu.
            “atas dasar apa kamu menanyakan hal itu hmm?”
            “Kakak memiliki suhu tubuh yang dinggin kakak penyihir tidak masuk aku kaka peri es iya kan?”
            “bukan, aku vampire dari kutub utara” jawab Viras ngasal dan niat untuk meninggalkan Valeya di dapur.
            “tidak tunggu, Kakak bisa mengeluarkan kekuatan dengan cara ini” kata Valeya sambil menunjuk kearah Viras.
            Mata Valeya membulat saat melihat kejadiaan aneh di depan matanya, entah kebetulan atau memang dari tanggan Valeya salju turun di dapur dan hawa menjadi dinggin. Viras yang menyaksikan kejadian itu lagi-lagi mengukirkan senyum dari bibirnya.
            “aku atau kau yang mempunyai kekuatan sihir Valeya Anadia, apa aku harus mengrahasiakan ini?” tanyak Viras.
            “gak mungkin ini terjadi, ini mustahil”
            “ini kenyataannya” jawab Viras sambil menjentik kan jarinya, salju dan hawa dinggin tadi pun lenyap.
            “kau pun sama” kata Valeya saat kembali melihat kejadian aneh di depan matanya.
            “entahlah mungkin ini sudah takdirnya, peri es” kata Viras tersenyum dan benar-benar meninggalkan dapur.
            “peri es, kekuatan sihir aku suka itu hehehe” ucap Valeya sangat senang.
            ‘rahasiakan ini, kalau tidak kau dalam bahaya’
            “eh kenapa aku bisa mendengar suara Kak Viras dia kan gak disini?” tanyak Valeya pada dirinya sendiri.
            ‘bukan hanya hari ini kita akan selalu bisa berkomunikasi seperti ini, oh dan aku mau bilang kalau aku menyukai mu Valeya’ kata suara Viras.
            “apa maksudnya?” tanyak Valeya, tapi kali ini dia tidak mendapat jawaban dari Viras.
            Kesal dengan sikap Viras, Valeya lansung menghampiri teman kakaknya itu yang tengah berkumpul dengan yang lainnya. Valeya menatap Viras menuntun penjelasan, yang lain memandang heran.
            “apa maksud mu tuan Viras Armit?”
            “apa kurang jelas aku menyukaimu sangat menyukai mu dank au yang berhak memilikinya makanya aku berikannya pada mu” jujur Viras di depan Kakak sekaligus Papah Valeya yang baru pulalang kerja.
            “aisy apa yang kau lakukan apa harus di sini juga” keluh Valeya malu melihat kondisi di sekitarnya.
            “sepertinya kau akan bersaudara dengan Viras” ujur Tio.
            “kenapa apa aku salah lagi? Bukankah kau yang menyuruhku untuk menjelaskan semuanya, apa aku harus melamar mu sekarang?” tutur Viras ringgan
            “diam lah! Kita bicarakan ini nanti saja” kata Valeya dan berlari ke kamarnya.
            “maaf Om telah membuat kekacauan” ujuar Viras, Papah Valeya hanya tersenyum saja.
            “khem bakal saudara nie ya” goda Tio lagi.
            ‘dasar bodoh apa yang Kakak lakukan, tapi aku juga menyukai kakak’ ujar batin Valeya, dan Viras tersenyum senang.

                                                                                                                        END