Selasa, 26 April 2016

saatnya Move On



                ‘ jatuh cinta iya gue jatuh cinta padanya, siapa sih yang gak jatuh cinta pada sosok yang menurut gue sempurna itu. What sempurna? Tentu saja tidak iya sih dia pinter dan berperstasi tapi dia kan gak terlalu gagah dan postur tubuh nya terlalu pendek untuk di katakan sempurna. Tapi peduli amat mulut boleh menghujat tapi hati tetap cinta’. Kata batin seorang gadis yang sedang tersenyum-senyum melihat objek di depannya, siapa lagi kalau buka pemuda yang bisa membuat dunianya berubah, yah dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada pemuda itu.
                “ woi Zia loe kenapa senyam-senyum sendiri kesambet loe?”
  Sin dia begitu sempurna, membuat gue jadi zina mata” ucap Zia tanpa lepas dari pandangannya.
“ Sirgan lagi Sirgan lagi, gue lelah liat tingkah loe” keluh Sintya.
“ kira-kira dia udah punya pacar apa belum ya?”
“ entah” kata Sintya sambil mengangkat bahunya.
                Objek yang sedang di pandang Zia terlihat serius berbincang-bincang sama teman-temannya tanpa tau dirinya di perhatikan dari tadi. Zia bukan hanya sekedar memperhatikan Sirgan tapi innernya bermain dia menghayalkan hal-hal yang bahagia bersama Zia.
“ kenapa tue bocah?” tanyak Wika yang baru datang.
“ tue” tunjuk Sintya.
“ Sirgan lagi, oh gue ada informasi ni”
“ informasi apa?” tanyak Sintya penasaran.
“ MAPALA  buka pendaftaran kalian mau ikut?”
“ boleh deh gue suka” kata Sintya.
“ gimana sama loe Zi?” tanyak Wika, Zia hanya bungkam.
“ Zi loe ikut?” tanyak Sintya.
“ ya tuhan Zia loe ikut MAPALA gak?” teriak Sintya dan Wika bersamaan pas di telinga kiri kanan Zia
“ hey kenapa kalian teriak, kalian pikir gue tuli?” protes Zia.
“ gue rasa gitu, soalnya dari tadi kita berdua ngomong sama loe tapi loe gak nyaut” bela Sintya.
“ oh ya? Jadi kalian nanyak apa tadi?” tanyak Zia sok polos.
“ loe mau ikut MAPALA?” tanyak Wika ketus.
“ boleh juga”
“ ok gue akan daftar”
                Akhirnya tiga sekawan itu resmi menjadi anggota MAPALA ( mahasiswa pencinta alam). Hari ini Zia dan rekan-rekannya sedang mendengar arahan Kakak lettingnya tentang kegiatan mendaki gunung yang di adakan dua hari lagi.
“ ok adek-adek, abang akan membagikan pada kalian beberapa alat yang di sediakan Universitas” kata abang letting mereka.
                Zia sendiri hanya duduk menompang dagu setelah dia mengambil peralatannya, Zia duduk di samping Sandra    teman satu kelompoknya. Sandra terlihat asyik ngobrol dengan Mia dan tanpa sengaja Zia mendengar nama Sirgan di sebut-sebut dalam cerita itu.
“ gue belum jadian sih sama Sirgan, tapi dia sangat perhatian sama gue dia juaga sangat baik Mai” kata Sandra.
“ loe jangan sia-siain dia San, gue yakin loe pasti bahagia banget kalau sama Sirgan”
                ‘ apa? Sirgan, kenapa rasanya dada gue sesak, tuhan aku butuh pasokan oksigen’ kata batin Zia perih.
                “ iya sih Mia dia itu cowok yang paling sabar yang pernah gue kenal, dia memang kadang-kadang egois tapi dia mau ngalah sama gue trus dia juga pintar” cerita Sandra lagi, Zia dengan sejuta perasaan penasrannya jadi sengaja menguping pembicaraan itu.
“ ya udah loe tunggu apa lagi”
“ entahlah, gue sih maunya cari pacar lain dulu trus kalau Sirgan itu jadi masa depan gue”
“ gila loe jangan sampek loe lakuin itu Sirgan bisa saja berpaling, coba loe pikir emang ada cowok yang kayak gitue udah pintar,berprestasi, manis, sabar lagi kurang apa lagi coba” jelas Mia panjang lebar, Zia hanya bungkam mendengar penuturan itu.
“ ada dia pendek”
“ kalau dia tinggi loe bukan level dia lagi”
“ apa sih loe”
                Sandra dan Mia terus bercerita tentang Sigar yang tentu membuat Zia hancur, namun sesekali saat matanya bertemu pandang dengan Sandra Zia hanya bisa tersenyum pahit.
For         : Sintya
Bahaya, rasanya gue hancur, gue sakit, gue lelah
                ‘ kapan ? kapan ini akan berakhir ayolah kakak senior gue sesak banget disini’ tutur batin Zia lagi
“ ok adek-adek pertemuan kita selesai sampai jumpa lusa”
‘ iya kak”.
                Semua selesai, pertemuan MAPALA selesai kisah cinta Zia pun selesai semuanya telah berakhir bagi  Zia. Zia melangkah gontai seolah semangatnya telah di rampas paksa dalam waktu yang sangat singkat, dia telah menyerah.
“ loe kenapa? Apa yang hancur loe sakit apa kenapa loe lelah?” tanyak Sintya yang berdiri didepan pintu mobil Zia.
“ Wika mana?” tanyak Zia tanpa peduli ke khawatir Sintya.
“ dia pulang sama Fika”
“ oh ya sudah ayo kita pulang”
“ hn. Tapi loe bisa nyetir”
“ iya” jawab Zia singat dan datar gak seperti biasanya.
                Kedua sahabat ini pun sekarang berada dalam mobil yang sama, namun tak ada yang membuka pembicaraan dari tadi mereka hanya diam. Sintya memperhatikan sikap sahabatnya itu lalu mencoba menegur Zia.
“ Zia loe ke___”
“ gue move on” potong Zia
move on? Maksud loe apa Zi”
“ Sandra loe kenal dia?”
“ eumm teman satu kelompok loe”
“ ya dia TTM Sirgan, hanya tingal tunggu jadian aja gue dengar dia ngobrol sama Mia”
“ ayolah mereka kan belum jadia”
“ hey gue gak mau jadi perusak gue tau sakitnya gimana di rusak” kata Zia dan memandang tajam kearah Sintya.
“ ok baiklah mau loe sekarang apa?”
move on gue harus melakukan itu”
“ udah sering kali loe bilang itu”
“ gak kali ini gue siap gue akan lupain Sirga gak ada lagi Sirgan dalam kamus hidup gue”
“ semoga saja”
“ tapi kayaknya gue harus cari pelarian hihihi” kata Zia terkekeh.
“ ah gak ada tampang orang patah hati” keluh Sintya tersenyum
                ‘ gak Sin hati gue hancur gue pengen nangis, gue benar-benar sakit bahkan gue gak yakin bisa move on tapi gue harus lakukan itu. Sirga ataupun Sandra gak salah mereka saling suka gue yang salah menepatkan hati”  teriak batin Zia perih dan hancur.
                Hari yang di tungu tiba,semua anak MAPALA sudah siap mendaki. Dengan arahan-arahan yang di berikan semoga saja mereka bisa sampai tujuan dengan selamat.
“ loe yakin lakuin ini hati loe kan lagi gak enak”
“ yakin, gue harus lakukan ini” kata Zia semangat
“ gue akan melupakan Sirgan di tempan ini” sambung Zia.
“ tapi Sirgan” perkataannya mengantung.
“ ada apa lagi sama dia? Gue gak mau dengar lagi tentang dia” kata Zia tak tertarik.
“ Sirga dia ikut Zi” ucap Sintya.
“ ahahaha maksud loe apa Sin?” tawa Zia gak percaya.
“ gue serius”
“ payah, selalu saja begitu setiap kali gue bilang mau move on tue makhluk ada”  keluh Zia.
“ jadi pertanyaannya loe jadi move on-nya?” dengan nada ragu  pada kata move on.
“ kali ini gue yakin, karena dia ada milik orang lain. Gue gak mau jadi perusak karena gue tau gimana sakitnya di rusak” tutur Zia yakin.
“ hmm semangat semoga apa pun keputusan loe ini yang terbaik”.
                Jam 08.00 wib. Tepat tadi mereka  sudah berada di kaki gunung siap  mendaki  dan sekarang  jam di tangan mereka sudah menunjukan pukul  09.45 wib. Semua anak MAPALA dan Pembina  sekarang hampir tiba di puncak gunung, perjalanan mereka hanya setengah lagi.
“ Gera, Kemal, Sin gue duluan ya, gue mau nyusul bang Fajar mau nanyak sesuatu”
“ sesuatu seperti apa? Apa kita bisa tau?” tanyak Gera.
  adek-adek jika nanti dalam perjalanan kalian perlu bantuan apapun bisa bilang sama abang, dan jika minum kalian habis kalian juga bisa bilang sama abang” ulang Zia persis dengan yang di sampaikan Fajar di kaki gunung tadi.
so?” tanyak Kemal tampak malas.
“ gue butuh air Kemal”
“ oh”
“ minta lebih ya Zi”
“ ok siap Gera”
Zia melangkah lebih cepat dari teman-temannya, Zia menghampiri Fajar yang memang sudah berada lebih jauh di depan dari pada kelompk Zia.
“ woi bang” panggil Zia
“ ya ampun nie anak sopan santunnya dimana?” keluh Fajar.
“ hehehe sorry bang,  Zia butuh bantuan abang nie” kata Zia tanpa basa basi, namun pandanga matanya menyorot kearah Sirgan
“ bantuan apa? Sama siapa?”
“ sama abang lah, sama siapa lagi”
“ sama Sirgan mungkin, tatapan loe dari tadi kearah dia”
Zia serius” kata Zia dan memberi penekanan pada kata – katanya.
“ hahaha iya iya ada apa bilang aja” tawa Fajar garing.
“ abang bilang kalau ada perlu apa-apa suruh lapor sama abang, kelompok kami ada masalah bang”
“ masalah apa?” tanyak Fajar terlihat cemas.
“ kami semua tadi___” kata – kata mengantung.
“kehabisan air” lanjut Zia memasang wajah polos nya.
“ Zia” geram Fajar, Sirgan yang di sampingnya hanya menahan tawa
“ kenapa bang?” tanyak Zia dengan tatapan tanpa dosa.
“ menyebal kan” gumam Fajar.
“ nie ambil” sambung Fajar.
“ gue suka gaya loe bikin bang Fajar kayak orang bodoh” ucap Sirgan
“ diam loe bocah”
“ gue Sirgan” kenalnya.
“ gue tau, mana ada sih yang lupa sama loe”
“ kenapa gitue?” tanyak Sirgan.
“ loe kan yang nyumbang lagu paska Ospek”
“ hahahaha iya”
“ eh kenapa loe ikut naik gunung loe kan bukan anak MAPALA”
“ karena bang Fajar yang ngajak”
‘ ah apa karena bang Fajar bukan karena Sandra’ kata batin Zia.
  motivasi loe apa daki gunung ini?” tanyak Sirgan melihat Zia hanya diam.
“ karena gue mau lupain loe” ucap Zia
Deg, mendengar jawaban itu waktu terasa terhenti. Sirgan dan Fajar hanya saling memandang bloon, Zia berusaha bangkit dari dunia alam sadarnya  berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang telah ia perbuat.
“ hahahaha kalian kenapa? Apa kalian percaya?” tanyak Zia memasang wajah bahagia andalannya dan tertawa lepas
“ eum hmm maksud loe apa”
“ gue Cuma bercanda, gue memang suka naik gunung dan hal-hal lain yang berhubungan dengan alam, kalau gak mana mungkin gue gabung di MAPALA” jelas Zia.
“ oh gue fikir”
‘ yang loe fikir memang benar gue kesini memang mau lupain loe, tapi kenapa loe malah disini’ ucap bantin Zia sambil pura – pura  tersenyum senang
  eh Zia kebawah lagi ya”
“ tunggu disini aja”
“ hmmm boleh juga thue dari pada bolak- balik”
Fajar dan Sirgan pergi meninggalkan Zia yang duduk menunggu teman-temannya yang masih di belakang. Dan setelah menunggu beberapa menit mereka pun datang, Zia langsung memberikan minum untuk Gera yang terlihat sudah benar-benar haus.
“ cieye katanya mau move on mau ketemu bang Fajar tapi Sirgan di pepet terus” goda Sintya berbisik di telinga Zia
“ apaan sih loe, gue itu ngomongnya sama bang Fajar” bantah Zia.
“ gue memang pakek kacamata tapi gue gak mines”
“ ya iyalah itukan kaca mata biasa gak ada min nya”
“ ya loe benar, dan gue bisa liat dengan jelas loe ngobrol sama Sirgan”
“ au ah terserah loe deh”
Dengan pertengkaran – pertengkaran kecil antara dua sahabat itu, mengantarkan mereka ke puncak gunung terasa lebih cepat. Setiba disana semua anggota MAPALA lansung mengambil moment, lalu istiragat trus buat tenda. Setelah semua pekerjaan selesai Zia duduk di antara jurang di pucak gunung itu, rasanya jika melihat kebawah sana perut jadi mual. Zia duduk termenung membayangkan bagaimana dia dulu selalu memantau Sirgan dari jauh dan bagaiman dia menaruk perasaan pada Sirgan tapi hari ini semuanya telah hancur.
“ hey Zia loe ngapain di situe?” tanyak Sintya khawatir
“ memangnya kenapa?”
“ loe jangan bertindak bodoh”
“ loe thue yang mempunyai pemikiran bodoh”  sahut Zia kesal.
“ hehehe sorry deh, semua anggota di suruh ngompol thue”
“ oke. Gue nyusal”
“ ya udah hati – hati thue”
“ hmm”
‘ hari ini semua tentang Sirgan sudah sirna, gue akan lupain semua tentangnya, gue memang gak bisa teriak sekeras – keras nya, tapi ginie juga cukup. Gue harap jurang yang dalam ini  mau mengubur kisah gue ini.” Tulis Zia di sepucuk surat yang dia lempar ke dasar jurang, surat itu melayang – layang dan masuk ke dasar jurang.
“ Sin tunggu” teriak Zia nyusul Sintya.
                                                                                                                                                                END