Minggu, 29 Mei 2016

Hal Terindah




            Duduk melamun, mungkin itu sudah jadi bagian dari diriku apa lagi jika menyangkut objek di depan ku sekarang, penjelasan dosen pun hanya berlalu begitu saja di telinga ku tanpa mau mampir apa lagi singgah di otak ku. Ikram itu lah nama objek yang mampu membuat ku seperti orang bodoh, sudah empat tahun dia membuat ku seperti ini.
            Hari ini seperti biasanya aku memperhatikan setiap gerak gerik Ikram penuh dengan rasa kagum, dia terlihat focus dengan penjelasan dosen beberapa hal juga dia catat.
            “apa ada pertanya?” tanyak dosen setelah menyelesaikan penjelasannya, tak perlu menunggu lama tangan kekar itu langsung mengancung ke atas dan terdengarlah suara baritone milik Ikram.
“saya kurang mengerti di bagian hubungan antara negara dan konstitusi” ungkap Ikram, aku hanya senyam-senyum sendiri mendengar suaranya. Sedangkan dosen kami kembali menjelaskan tentang yang tidak di mengerti Ikram.
“gimana sekarang kamu mengerti?” Ikram hanya tersenyum dan menganggu mengiyakan.
“baiklah kelas selasai, sampai jumpa minggu depan” ucap dosen dan meninggalkan ruang, semua Mahasiswi dan Masiswapun menghambur keluar ada yang kekanti, perpustakaan,taman atau hanya duduk di depan ruang, aku sendiri memilih nyantai di ruang.
Otak ku kembali memutar berbagai hal tentang Ikram, mulai dari pertama ku masuk kelas sampek beberapa hari lalu semua kenanggan itu sangat menyenangkan bagi ku.
FLAS BACK  :
“ kalau mengikuti ospek itu harus benar-benar siap” ujar Ikram tersenyum manis kearah ku dan memberi ku air mineral. Ku rasakan jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya melihat makhluk di depan ku saat ini, dengan tangan agak bergetar aku mengambil minuman itu.
“terimakasih” ucap ku berusaha sopan.
“ Ikram, Ikram Juanda” kenal nya mengulurkan tangan kearah ku.
“ Aila Farisha”
Sejak perkenalan hari itu aku dan Ikram makin dekat saja kami selalu saja bersama jika ada waktu kosong, dan yang lebih menyenangkan lagi ternyata aku dan Ikram satu Unit itu membuat hari-hari ku makin indah. Melihat semua sikap tingkah lakunya membuat aku makin tertarik ke dalam dunianya dan ingin memilikinya, ingin selalu bersamanya, karena dia selalu saja bisa membuat ku bahagia bahkan menanggis pun terasa menyenangkan jika dengannya.
“hey apa-apaan ini, ceritakan padaku!” perintahnya yang langsung menarik ku kedalam dekapan hangatnya.
“ti ti__dak hiks hiks” jawab ku sambil menanggis, Ikram menarik ku menatap kearahnya samar-samar ku lihat senyum manis itu.
“di depan ku menanggis lah sepuasnya aku selalu ada untuk mu” ucapn Ikram dan menggenggap tangan ku dengan tangan hangat miliknya,
FLASH BACK  :
“apakah sekarang masih berlaku” ucap ku lirih mengingat hal itu, aku pun tersenyum kecut sambil menyekak air mata ku.
“hey apakah kau menanggis Aila?” suara itu, suara baritone itu sangat tak asing bagiku, ku palingkan wajah ku dan mencari punya siapa suara itu.
“Ikram, ternyata kau” ucap ku lembut.
“ hey aku tanyak apa kau menanggis?”
“ tidak”
“benar?” selidiknya terlihat sangat tak percaya,
“oh ayo lah apakah aku harus terus menanggis saat ada kamu?” tanyak ku dengan sikap menantangnya.
“ tidaklah” jawabnya singkat sambil mengambil tasnya.
“ kau akan kemana ?”
“ aku mau kekantin sama Shanas. Kau mau ikut?”
‘ deg’ rasanya ada yang sakit
“tidak” jawab ku singkat.
“ baiklah” Ikram pergi begitu saja,
Ku lihat dia mengandeng tangan Shanas tangan kekar yang dulu sering mengenggap tangan ku kini milik Shanas aku sadar itu. Mungkin hal indah yang dulu sedikit demi sedikit akan benar-benar lenyap dari hidup ku, padahal aku rela jika harus terus menanggis tapi cinta Ikram hanya untuk ku. Aku mengingin kannya, walaupun dia tidak di samping ku tapi dia selalu mencintaiku, aku tidak ingin lenyap seiring waktu aku ingin selalu bersama mu. Ku harap saat indah itu akan benar-benar datang dan hanya milikku.






Selasa, 24 Mei 2016

KAU SUTRADARA

            Minggu 14 mei 2016, hari ini benar-benar jadi hari yang bersejarah bagi ku,  bagaimana tidak? Sedari tadi aku hanya duduk dan memandang lurus kearah objek ku yang menurut ku ini benar-benar aneh. Saat ini hanya ada satu pertanyaan yang ada dalam otak ku ‘kau sutradara?’, kalau orang yang ada di depan ku saat ini benar-benar pak sutradara dimana imgenya yang suka maki-maki, ngomel, ngeluari kata-kata kasar dari mulut nya itu. Dia benar-benar terlihat beda setan apa yang telah merasukinya, hingga membuat sutradara ku berbeda seperti ini, ku hanya bisa menompang daguku dengan kedua tangan ku memperhatikan dia dengan seksama yang sedang melontarkan bait demi bait lagu yang menurutku suaranya lumayan bagus.
“ kau memperhatikan ku ?” tanyaknya saat dengan jelas mata ku dan mata sutradara bertatapan.
“ ya. Aku penasaran setan apa yang telah merasuki mu” jawab ku jujur.
“ kau bilang apa?” tanyak nya lagi sambil melepaskan handset di telinganya.
“ gak papa” jawabku yang keburu kesal karena sikapa nya itu.
“ oh” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya lalu ia kembali melanjutkan acara konsernya di sofa yang berada di depan ku sekarang.
            Mungkin satu hal yang dapat ku simpulkan melihat sikapanya ini, seorang sutradara juga manusia dia juga bisa membuang kata-kata kasar dan bersikap seperti manusia biasa. Ku rasa kata-kata itu berlaku untuk sutradara lain tapi gak untuknya karena sutradara kami adalah orang yang paling menyebalkan, egios, dingin dan irit kata-kata baik hanya kata kasar yang bisa dia ucapkan.
“ gue takut kalau harus bilang sama sutradara” samar-samar ku dengar Wika sedang berbicara tentang sutradara.
“ loe bilang aja sama asiten sutradara dulu” kini suara Misna juga ikut ambil bagian tapi kenapa jabatan ku di bawa-bawa ke dalam obralan mereka.
“ ya ampun Mis loe taukan asisten dan sutradaranya itu sebelas dua belas sama menjengkel kan, apa lagi kalau dia tau ada masalah dengan filem kita” jelas Wika frustasi.
“ gue rasa tidak Elena cukup baik dalam bergaul dan ya dia juga bisa mencairkan suasana”
“ hahahaha. Kalau dia udah marah bisa jadi  moster loh dan lebih menakutkan dari sutrdara”
“aish. Wika” kata-kata itu membuat aku jengkel.
            Dengan yakin aku bangkit dari kubur ku ralat dari tempat duduk ku tadi maksudnya, dan mendorong pintu penghubung antara ruang santai dan ruang editor dengan kasar. Wika dan Misna menelan salvina nya saatmelihat ku menatap mereka dengan tajam.
“ ada masalah apa dengan filmnya, gue yang akan bicara sama sutradara”
“ baik El masalahnya ginie, blablabala” ku dengar penjelasan Wika dengan santai lalu melenggak pergi dari ruangan itu dan menemui sutradara.
Menyebalkan dia masih dalam posisinya semula, tap tap tap suara langkah kaki ku mendekatinya yang ku sadari dia tidak akan mendengarnya sekarang aku benar-benar dekat dengannya tapi apa dia tidak merasakan kehadiaranku.
“ uff” ku tarik nafas beratdan menatapnya.
“ sutradara” sekali
“sutradara” dua kali
“sutradara” tiga kali, dan mungkin terlalu lembut untuknya, baiklah sutradara yang menyebalkan kini kesabaran ku sudah di ujung tanduk. Dengan cepat dan yakin ku tarik hadsetnya dengan kasar.
“ sutradaraaaa” teriakku pas di telinganya, teriakkan ku membuat beberapa crue keluar dari ruang editor dan mencari tau apa yang sedang terjadi, tapi aku langsung menatap mereka dengan tatapan horror dan tanpa ku perintah mereka melenggak masuk kembali ke ruang editor.
“ kya apa yang kau lakukan?”
“ dari tadi ku memanggilmu, tapi kau tak menghiraukan ku” jelas ku.
“ oh, maaf. Jadi ad apa?” ku rasa pendengaranku salah masak ku dengar sutradara mengatakan kata maaf yang anti banget dia ucapkan, tunggu apa dia benar sutradara kami atau alien dari planet lain.
“ hello Elena kau mau bilang apa?”
“ eh?, anu itu aku”
“ apa” tanyaknya datar.
“ ada masalah dengan filmnya”
“ hn. Jadi?”
“ sepertinya kita harus syuting lain” kata ku tanpa berani mentapnya yang aneh ini.
“ tidak semuanyakan ?” tanyaknya lagi dengan santai.
“ tidak hanya sin 4”
“ baiklah kita syting aja lain kenapa kamu harus ribet. Besok mungkin bisa tapi jangan sampek kalian terlambat kalau kalian gak bisa besok cari aja jadwal yang pas” ucapnya benar-benar santai lembut dan tersenyum yang sangat jarang terjadi ralat tak pernah terjadi.
“ Elena kau baik-baik saja ?” tanyak dan melambai-lambaikan tangannya di depan ku.
“ eh?”
“kau mau dengar music?” tanyaknya lagi, dan langsung memasang handset di telinga ku, aku hanya membeku tanpa niat menjawabnya.
‘dia sutradara kami? Apa dia kemasukan setan kalau memang atau dia aliean?” pikiran ku terus berputar-putar seputar sutradara kerena ke anehannya ini.
“ kya kau..” ku kembali teriak dan menatap sutradara tajam, kali ini teriakan ku gak diambil pusing oleh rekan-rekan.
“ ada apa?” tanyak sutradara santai.
“ kau aliean dari planet mana?” tanyak ku dengan tampang serius.
“ hahahaha kau kenapa?” tawa sutradara terlalu keras, dan kali ini kawan-kawan tertarik dengan kejadian ini.
“ ada sutradara ? apa yang lucu?” tanyak Hilma yang keluar dari ruang editor.
“asisten sutradara dia selalu bisa membuat ku tertawa dengan tingkah dan pertanyaan itu?”
“ apa yang lucu dengan pertanyaan ku?” tanyak ku menahan kesal dan memanyutkan bibirku.
“ hahaha kau memang manis Elena” katanya mencubit pipi ku lalu berlalu seenaknya meninggalkan kami yang binggung dengan tingkah nya ini.
“ kalian lihat tingkah sutradara ku rasa dia bukan sutradara tapi dia aliean dari planet lain” kata ku polos
“ hahahaha”
“ kalian juga menertawakan ku ?”
“ sudah lah Elena kami harus bekerja lagi”
Tinggallah aku sendiri sekarang di ruang santai, namun pikiran ku masih saja seputar sutradara yang menurut ku dia benar-benar aneh.
“ apa benar dia sutradara?” tanyak ku pada diriku sendiri.
“ hey Kevin apa benar kau sutradara atau kau aliean hmm” teriakku ku sendiri.
“ sudah lupakan kejadian itu bukan kah lebih baik sutradara kita seperti itu” suara itu sangat familiar bagi ku, ya itu Alda sahabat karib ku.
“ tetap saja ini dia terlalu baik”
“ sudahlah”
“ hey Kevin kau sutradara ?”                                                                                     

END

TUNGGU


“ Allahhu akbar Allahhu akbar” sama – samar telinga ku dapat menangkap suara adzan subuh sudah di ku mandangkan. Dengan pakasa ku buka mataku yang masih setia mengikuti rasa ngantuk ku, TUNGGU
menguap dan merenggangkan otot – otot ku itulah yang ku lakukan sebelum benar – benar melenggak pergii meninggalkan tempat yang paling nyaman di rumah yaitu kamar tercinta.
Setelah beberapa detik, ku rasa semua roh ku telah masuk ke raga ku, aku pun cepat bergegas ke kmar mandi. Cuci muka, gosok gigi ambil wudhu dan kembali ke kamar untuk melaksanakan ke wajiban untuk setiap muslim yang baik yaitu 2 rakaat dulu.
“ tunggu Sya apa kamu telah banggun ?” canda Mamah yang baru saja selesai shalat saat melihat ku masih menutup mata ku dan jalan sempoyongan. Rasa nya aku enggan menanggapi candaan Mamah, lebih baik aku cepat masuk kamar dan shalat lalu kembali tidur.
‘ pagi menyapa pagi menyapa cepat banggun cepat banggun’  oh ya ampun ku rasa suara ini benar – benar merusak kegiatan ku.
“ aish bisa gak sih berhenti” oceh ku kesal, dan meraih ponsel ku yang terletak di samping tempat tidur
“ oh ya tuhan aku bisa telaaaat” teriak ku saat melihat jam di layar ponsel ku menuju pukul 06:50 wib.
Buru-buru dan cepat itulah yang harus kulakukan sekarang, 5 menit di kamar mansi, 3 menit pakek baju tanpa harus memilih, 1 setengah menit pakek jelbab tapi kurasa itu gak cukup 2 menit deh untuk pekek jelbab.
“sempurna” tutur ku saat melihat pantulan diri ku di cermin, sedikit polesan lipstick makni manis saja hari ini.
Semua udah siap dan beres, kembali ku raih ponsel ku dak ku perhatikan layar nya jam 07:10 wib. Kenapa gak prediksi seharusnya jam 06:59 wib
“ menyebalkan” gerutuk ku kesal sambil memasukan ponsel ku ke dalam tas, lalu meraih sepasang kaos kaki yang ku letakkan di tempat tidur tadi sebelum memakek baju.
“ bisa bisa terelambat nie” ucap ku sambil memasang kaos kaki sebelah kanan.
“ APAAAA??” teriaku histeris, ku rasa burung-burung yang sedang berkicauan merdu keni lebih memilih megepak kan seyapnya dan terbang entah kemana.
“ kenapa Mysha ?” suara Mamah terdengar khawatir, dan menerobos masuk kekamar ku.
“ gak papa Mamah hanya ada sedikit insidetn, Mamah keluar aja ” kata ku, gak mungkin kan ku jelaskan pada Mamah apa yang sedang terjadi.
Setelah Mamah pergi aku pun menarik nafas berat lalu menatap benda yang ku pegang sekarang, warnanya hitam persis seperti kaos kaki yang telah ku pakai.
“ kurasa kalau mencari pasangan kaos kaki aku akan telat, belum lagi ku harus menikahkan nya” tutur ku frustasi.
“ Menikah ? hey Misyha bukan saat nya bercanda sekarang, lakukan saja apa yang sedang kau fikirkan sekarang” sambung ku lagi dan melaksanakan apa yang sedang ku fikirkan.
Skip Time
1 jam perjalanan aku tiba juga di kampus tepatnya di ruang 14, ku parker sepeda motor ku lalu kembali mengecek ponsel ku jam 08:25 wib, aku terlambat sesuai prediksi.
“ tunguuu” teriak ku yang entah sudah yang keberapa kali pagi ini, saat melihat gagang pintu di tarik dosen dan sebentar lagi akan menutup.
“gubrak” satu kata yang ingin ku ucap ‘memalukan’, hey Mysha kau terjatuh karena menginjak rok sendiri. 1…2…3 detik kemudian, telinga ku dapat menangkap dengan jelas gelagak tawa teman-teman, ku rasa sekarng pipiku telah memerah menahan malu.
“maaf pak” ucap ku setelah bangkit dari alam kubur ku- ralat dari lantai maksud ku.
“ khem. Tidak apa-apa, sebaiknya sekarang kamu duduk saja” katanya berwibawa setelah berdekhem, adu bapak anda benar- benar baik. Aku tersenyum lembut mengucapkan terimakasi lalu melangkah untuk duduk.
“ Mysha”
“ iya Pak” jawab ku lembut dan tulus
“ucapan selamat pagi yang unik” ucapnya dengan senyum tanpa dosa andalannya dan kembali seisi ruangan menertawakan ku
‘tuing’ ku rasa aku telah jatuh dari gedung yang tinggi lalu masuk ke jurang dan berguling-guling menghantam batu (lebay). Kata kedua yang ingin ku ucap ‘sial’ baiklah sebaiknya aku tersenyum saja itu lebih baik sekarang.
Baiklah penderitaan ku akan berakhir sekarang 2 MK telah ku lalui, sekang tinggal satu MK lagi dan kalau apa yang ku lakukaan tadi pagi di rumah gak kebongkar ku rasa akan aman, gimana dengan masalah baru ? aku tidak berenca membuat masalah baru.
“ Sya kita ke Mushollah ya?”
“ ok sip tapi makan dulu ya?”
“ sip”
Skip Time
Makan siang selesai kami gak butuh waktu lama untuk makan, sekarang aku dan beberapa teman ku sudah berada di depan mushollah mereka sedang melepaskan sepatu dan kaos kaki.
“ ayo Sya” tolok atau terima, aku bimbang sekarang kalau terima rahasia ku akan terbongkar.
“ kakalian duluan aja”
“ hmm baiklah” jawab Ema tanpa curiga, lalu 3 kawan lainnya menyusul dia.
Ok aku aman 4 kawan ku sudah ke tempat wudhu duluan, liat kiri kanan lalu tinggal buka sepatu, ok sebelah kanan siap tinggal kiri.
“ hahaha” apaan ini dengan jelas ku dengar suara tawa Wika, Sena, Fiola, dan Ema
“ kau apa yang kau lakukan sudah ku duga ada sesuatu” kata Eman menahan tawa.
“jempol kaki mu benar-benar lucu hahahaha” kini sena ikut-ikutan, aku hanya diam menatap mereka yang terlihat puas.
“ kau belum berubah masih konyo, ceroboh, gak tepat waktu dan selalu saja bisa bikin orang tertawa” Komentar Wika.
“ ini masih gara-gara kamu menggunakan prinsip hidup kamu ‘tunggu’ , tunggu sebentar lagi, tunggu waktunyaa belum tiba tunggu jangan buru-buru, tunggu___” Fiola mengentikan kata-katanya.
“kapan berubah” sambungnya lagi.
“ betul thue Ola, pasti semalam Mamahnya udah ingetin tapi dia gak mau nanggapi, trus hari ini madset tangan pun jadi kaos kaki hahaha” ucap Wika lagi
” stop kalian puas? Baiklah aku gak akan lagi mengunakan prinsip hidup tunggu. Hari ini tangaal 11 mei 2016 Mysha Carala pasti akan berubah, jangan tunggu dia berubah tapi lihat buktinya” kata ku yakin dan mantap banget.
“ berubah jadi apa ? jadi Power Ranger” kata Sena santai.
“ hahaha gak lucu” tawa ku dengan nada mengejek lalu menatap mereka horror.
“ oo baiklah kita liat saja perubahanya”kata mereka bersama.
“pasti” ucap ku yakin dan tersenyum. Aku sadar prinsip hidup tunggu itu selalu saja membuat ku dalam masalah dan memalukan

‘ ya Allah bantulah hamba mu ini berubah’ ucap batin ku.

Rabu, 11 Mei 2016

Ku Tagih Hadiah Ku




Merifa Pov     :
Rabu  11 Mei 2016, hey aku sangat hafal dengan tanggal itu, kurasa tanggal itu sangat berarti bagiku yaiyakah itu kan tanggal lahirku. Ya pada tanggal 11 Mei 1997 silam pasangan suami istri Zakaria dan Fathiyah di tambah momonganny oleh Allah Swt.  Nyonya Fathiyah melahirkan putri kedua mereka yang di namai Merifa Mauliya, kenapa ada yang mau protes ? kenapa dari Mauliya sekarang jadi Moliya, hmm itu kesalahan guru Mandrasah ku, sudah lah lupakan itu.
Normal Pov    :
“ woi napa melamun mikirin apa ?” tanyak Rahimah teman satu ruang Merifa, yang sekarang posisinya duduk di samping Merifa di bawah pohon ruang 14 Fisip.
“ gak ada” jawab Merifa ngasal tanpa menoleh kearah Rahimah.
Setelah di cuekin, Rahimah gak ambil pusing dengan sikap temannya itu dia lebih memilih ngambil HPnya dan senyum – senyum sendiri kayak orang setres baca Twiet nya Ikramarki mungkin itu salah satu hobbynya. Suasana yang tercipta di antara Merifa dan Rahimahpun sangat sunyi, keduanya sibuk dengan kegiatan masing – masing,Merifa sibuk mikirin apa yang dia ingin kan saat ulang tahun nanti, dan Rahimah sibuk mikirin Ikram.
1…2…3…4.. menit suasana masih sama, keduanya yang biasa berisik kini hanya duduk diam benar – benar suasana yang aneh pagi – pagi.
‘ muca pong pong’  begitulah kiranya suara HP Merifa yang ada dalam tasnya, dengan agak malas dia ngambil benda kesangannya itu.
From   : Bast Friend
“ dimana?”
For      : Bast Friend
“ depan ruag 14”
Benda kesayangannya itu kembali dia letak kan di tasnya, mungkin itu tempat yang aman dari pada di saku, karena di saku ke mungkinan jatuhnya lebih besar.
“ siapa?” tanyak Rahimah yang gak lepasin pandangannya dari layar Hp.
“ Maria” jawabnya singkat padat dan jelas,  keduanya kembali diam.
Kira – kira 2 menit setelah membalas SMS Merifa, Maria sudah terlihat di depan ruang 14 sedang memarkirkan sepeda motor kesangannya. Wieh senyum itu terlihat manis, tapi tampang apa itu Merifa mandang Maria dengan muka kusut benar – benar tu bocah ya.
“ kenapa ?” tanyak Maria yang langsung jongkok di depan Merifa.
“ hadiah apa yang kau kasih untuk ku ?” Merifa nanyak balik tanpa basi – abasi, Maria hanya nahan tawa melihat sikap temannya itu sebelum menjwab pertanyaan Merifa.
“ hmmm gitar gimana?”
“ gantungannya aja, hahaha” tawa Merifa meledak, Maria, Liza, Isma dan Rahimah pun ikut tertawa melihat sikap Merifa.
“ apa pun hadiahnya aku tunggu” sambung Merifa dengan nada agak menagih, yah ini sifat yang unik setiap dia bertambah usia pasti hadiahnya ngeriques, misal pada sang kakak dulu minta di beliian jelbab warna dongker karena dia lagi butuh, dia termasuk golongan manusia yang aneh.
“ hadiah itu rahasia” kata Liza.
Merifa Pov     :
Kadang aku merasa aneh sendiri jika mengingat tingkah ku yang mungkin tergolongan aneh, tapi jujur aku gak maksud  apa – apa aku hanya melakukan apa yang ku pikirkan tanpa ada niat untuk berfikir ulang. Eh ngomong hadiah ulang tahun kok aku jadi ingat seseorang ya, mending ku bahas aja kali ya.
“ ah kalian bungkus aja Pangeran, masukin ke kardus kulkas”  tutur ku tanpa pikir panjang, ku lihat ekspresi teman – teman ku yang mencerna kata – kata itu, lalu kalian dapat bayang kan sendiri apa yang terjadi, yah ke 4 makhluk itu kembali tertawa.
Bercanda suara tawa semua ini dapat melipur lara ku, mereka bisa ku jadikan hiburan ku begitu pun sebaliknya, mungkin ini yang di namakan teman. Sebenarnya kado yang paling indah untuk ku adalah mereka, aku sangat bersyukur bisa mengenal mereka walaupun dengan sikap dan sifat yang berbeda tapi sampek saat ini kami masih bisa tertawa bersama tanpa ada masalah.
Normal Pov    :
“ tapi tunggu bungkusin Pangeran ? bukan kah udah Move on?”
“ katanya Move on nya di kensel dia gak ikhlas kalau orang itu yang rebut Pangeran” Komentar Rahimah.
“ oo kau salah aku memang lagi Move on, tapi kan butuh proses” kata Merifa membela diri, dan teman – teman nya Cuma ngangguk menyepele kan.
“ oh ya Maria, aku mau kejuta ulang tahun di pinggir pantai dan ada balon Love nya” sambung Merifa lagi dengan gaya lebaynya.
“ bang Irfan Merifa suruh beli balon love” seru Maria santai, reflex tangan Merifa langsung meningkam mulut temannya itu.
“ kau jangan berteriak bang Irfan ada di ruangan itu” tunjuk Merifa ke ruangan di depannya.
“ hmm maaf kan aku, aku hilaf” tutur Maria.
“ hmm lagi aku mau ada balon biasanya juga terus nanti di lepasin deh”
“ bang Irfan Meri juga mau balon biasa” kali ini suara Maria agak kerasa.
“ aaa kau” kembali Merifa meningkam mulut temannya, Maria hanya tersenyu tanpa dosa.
“ Liza kita jadi ke Alisya gak?” tanyak Maria tanpa peduli keadaan Merifa yang di landa ke khawatiran.
“ jadilah, tapi Isma ikut gak”
“ aku enggak, mau langsung pulang thue dah di jempu”
“ kalau kalian ?”
“ gak masih ada MK” jawab Merifa kesal, Maria hanya senyum.
“ baiklah kami pergi dulu, hadiah tunggu aja ya akan ku bungkus bang Irfan” kata Maria sebelum benar – benar menghilang di depan Merifa. Merifa Cuma menatap kesal melihat tingkah temannya itu.
“ kau kesal ?” tanyak Rahimah yang sudah Move on dari twitter Ikrammarki untuk sementara.
“ gak juga, aku akan tunggu hadiah mereka hahahaha” tawa setan Merifa mengema, Rahimah Cuma menatap ngeri atau tatap dengan tanda Tanya ‘ apa dia stress ?’.
Merifa Pov     :
Mereka telah pergi dari hadapan ku, tapi lelucuan kami tadi rasanya masih mengelitik perut ku. Oh dari pada ke adaan kembali sunyi lebih baik ku ngbrol aja sama Rahimah dan tentunya sebelum Ikram kembali menguasainya.
“ apa dosen akan masuk ?” tanyak ku membuka pembicaraan
“ belum tau kabarnya pun belum ada, jadi mahasiswa itu memang di butuh kan ke sabaran” katanya.
“ kesebaraan juga ada batasnya soalnya dia udah dua minggu gak masuk, nanti gimana kalau aku hilaf” kata ku lagi gak mau kalah.
“ jangan sampek”
Obrolan kami pun berlangsung lama, suasana pun gak sunyi lagi kayak tadi filling ku juga mengatakan kalau hari ini dosen pasti akan masuk, lebih baik ku tunggu di sini sambil ngobrol sama Rahimah. Oh ya buat kawan – kawanku, aku gak lupa loh insyaallah kadonya akan aku tagih.

                                                                                                                        END