Duduk melamun, mungkin itu sudah
jadi bagian dari diriku apa lagi jika menyangkut objek di depan ku sekarang,
penjelasan dosen pun hanya berlalu begitu saja di telinga ku tanpa mau mampir
apa lagi singgah di otak ku. Ikram itu lah nama objek yang mampu membuat ku
seperti orang bodoh, sudah empat tahun dia membuat ku seperti ini.
Hari ini seperti biasanya aku
memperhatikan setiap gerak gerik Ikram penuh dengan rasa kagum, dia terlihat
focus dengan penjelasan dosen beberapa hal juga dia catat.
“apa ada pertanya?” tanyak dosen
setelah menyelesaikan penjelasannya, tak perlu menunggu lama tangan kekar itu
langsung mengancung ke atas dan terdengarlah suara baritone milik Ikram.
“saya
kurang mengerti di bagian hubungan antara negara dan konstitusi” ungkap Ikram,
aku hanya senyam-senyum sendiri mendengar suaranya. Sedangkan dosen kami
kembali menjelaskan tentang yang tidak di mengerti Ikram.
“gimana sekarang kamu mengerti?” Ikram hanya
tersenyum dan menganggu mengiyakan.
“baiklah kelas selasai, sampai jumpa minggu
depan” ucap dosen dan meninggalkan ruang, semua Mahasiswi dan Masiswapun
menghambur keluar ada yang kekanti, perpustakaan,taman atau hanya duduk di
depan ruang, aku sendiri memilih nyantai di ruang.
Otak ku kembali memutar berbagai hal tentang
Ikram, mulai dari pertama ku masuk kelas sampek beberapa hari lalu semua
kenanggan itu sangat menyenangkan bagi ku.
FLAS BACK :
“ kalau mengikuti ospek itu harus benar-benar
siap” ujar Ikram tersenyum manis kearah ku dan memberi ku air mineral. Ku
rasakan jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya melihat makhluk di depan
ku saat ini, dengan tangan agak bergetar aku mengambil minuman itu.
“terimakasih” ucap ku berusaha sopan.
“ Ikram, Ikram Juanda” kenal nya mengulurkan
tangan kearah ku.
“ Aila Farisha”
Sejak perkenalan hari itu aku dan Ikram makin
dekat saja kami selalu saja bersama jika ada waktu kosong, dan yang lebih
menyenangkan lagi ternyata aku dan Ikram satu Unit itu membuat hari-hari ku
makin indah. Melihat semua sikap tingkah lakunya membuat aku makin tertarik ke
dalam dunianya dan ingin memilikinya, ingin selalu bersamanya, karena dia
selalu saja bisa membuat ku bahagia bahkan menanggis pun terasa menyenangkan
jika dengannya.
“hey apa-apaan ini, ceritakan padaku!”
perintahnya yang langsung menarik ku kedalam dekapan hangatnya.
“ti ti__dak hiks hiks” jawab ku sambil menanggis,
Ikram menarik ku menatap kearahnya samar-samar ku lihat senyum manis itu.
“di depan ku menanggis lah sepuasnya aku selalu
ada untuk mu” ucapn Ikram dan menggenggap tangan ku dengan tangan hangat
miliknya,
FLASH BACK :
“apakah sekarang masih berlaku” ucap ku lirih
mengingat hal itu, aku pun tersenyum kecut sambil menyekak air mata ku.
“hey apakah kau menanggis Aila?” suara itu, suara
baritone itu sangat tak asing bagiku, ku palingkan wajah ku dan mencari punya
siapa suara itu.
“Ikram, ternyata kau” ucap ku lembut.
“ hey aku tanyak apa kau menanggis?”
“ tidak”
“benar?” selidiknya terlihat sangat tak percaya,
“oh ayo lah apakah aku harus terus menanggis saat
ada kamu?” tanyak ku dengan sikap menantangnya.
“ tidaklah” jawabnya singkat sambil mengambil
tasnya.
“ kau akan kemana ?”
“ aku mau kekantin sama Shanas. Kau mau ikut?”
‘ deg’ rasanya ada yang sakit
“tidak” jawab ku singkat.
“ baiklah” Ikram pergi begitu saja,
Ku lihat dia mengandeng tangan Shanas tangan
kekar yang dulu sering mengenggap tangan ku kini milik Shanas aku sadar itu.
Mungkin hal indah yang dulu sedikit demi sedikit akan benar-benar lenyap dari
hidup ku, padahal aku rela jika harus terus menanggis tapi cinta Ikram hanya
untuk ku. Aku mengingin kannya, walaupun dia tidak di samping ku tapi dia
selalu mencintaiku, aku tidak ingin lenyap seiring waktu aku ingin selalu
bersama mu. Ku harap saat indah itu akan benar-benar datang dan hanya milikku.