Kamis, 17 November 2016

Valeya dan Kutub Utara




            Penyihir macam apa yang hidup di masa sekarang, apa dia punya sapu terbang, tongkat sihir atau jubah dan topi hitamnya itu. Kalau di sekitar kita ada hal seperti itu gimana caranya kita tau, apa dengan membuat dia kesal dan ia akan berubah atau mengeluarkan sihirnya. Itulah yang kira – kira sedang di bahas Valeya, Citra dan Bella.  Ketiga gadis yang sudah akrab saat pertama kali menginjak kan kakinya di salah satu Universitas di kotanya ini, memang mempunyai hobby yang sama yaitu membahas tentang penyihir, sebenarnya kedua temannya itu yang ikut – ikut Valeya saja.
Valeya maupun kedua temannya memang senang membahas topic ini, tapi mereka gak percaya kalau hal semacam itu ada. Sampek saat ini mereka belum percaya kalau orang yang bisa mengendalikan waktu, mengeluarkan kekuatannya di tangan mereka itu ada, apalagi  memiliki barang – barang penyihir. Bukankah barang – barang seperti itu banyak di jual.
Dan kali ini dalam pembahasan mereka sedikit berbeda, pasalnya dari tadi dari mulut mereka terdengar nama Viras Armit disebut – sebut. Viras Armit adalah sosok kakak letting yang gak banyak bicara, tapi ramah baik juga sangat pandai. Namun, Valeya bilang Viras adalah cowok paling dinggin yang pernah ia temui, bukan dinggin dalam artian irit kata – kata, tapi suhu bandan Viras memang sangat dinggin.
Valeya yang pernah gak sengaja bersetuhan dengan Viras sempat sangat terkejut saat tanggannya bersetuhan dengan tanggan Viras. Valeya sendiri menganggap ini hal yang wajar karena saat itu masih pagi, tapi tetap saja Viras jadi topic pembicaraannya.
Mereka yang sedang serius membicarakan Viras gak sadar kalau sang objek pembicaraan dari tadi menguping pembicaraan mereka. Dia menarik sudut bibirnya saat mendengar penuturan Valeya yang polos itu ‘kalau penyihirnya segantang Kak Viras aku mah rela kalau hati ku di bekukan hanya untuk dia’.

Ooo
Bulan telah menyapa, Valeya Anadia terlihat sedang melakukan aktivitasnya seperti biasa. Dia sedang berkutik dengan laptop kesangannya, dan melakukan hobbynya selain membicarakan sihir, yaitu menulis cerita sihir. Kisah yang ia tulis hampir semuanya sama, tapi bagi Valeya itu belum terlalu penting yang penting apa yang ia pikirkan bisa menjadi sebuah cerita.
Di malam yang indah ini selain mengetik ceritanya, Valeya juga tengah di bayang – bayangi wajah Viras. Obrolannya tetang Viras dengan teman – temannya itu tadi membuat Valeya blank, dan di dalam pikirannya ini sekarang hanya ada Kak Viras Armit
Bahkan di jam yang sudah semalam ini Valeya melihat Viras tengah berdiri di jendela kamarnya dan menatap Valeya dengan lembut. Valeya membalas tatapan itu sambil memperlihatkan senyum manisnya. Kaki jenjang milik Viras kini mendekat kearah tempat tidur Valeya.
“kau percaya tentang sihir?” tanyak Viras yang menundukan kepalanya menatap mata Valeya dari dekat.
“eh? Ini nyata” Valeya malah terkejut saat sadar kalau Viras sedang berbicara dengannya sekarang. “bagaimana Kakak bisa masuk kesini? Dan di jam selarut ini” sambung Valeya.
“apa pendapatmu tentang penyihir atau kekuatan sihir?” bukannya menjawab Viras malah mengacuhkan pertanyaan Valeya dan menayakan hal lain padanya.
“sihir? Kekuatan mistik, tapi Valeya gak percaya kalau sihir itu kekuatan dukun gelap. Tapi sihir adalah kekuatan penyihir, seperti nenek sihir” kata Valeya semangat.
“belum tentu yang memiliki sihir adalah nenek sihir” kata Viras.
“kenapa enggak, aku sering melihat kalau yang punya sihir itu adalah nenek sihir” keras Valeya dengan pendapatnya.
“bagaimana dengan peri?” tanyak Viras. Valeya terdiam sejenak menanggapi pertanyaan Viras.
Otak Valeya terus berputar untuk membantah pendapat Viras, Valeya terus mengoceh tentang pendapatnya mengenai sihir, Viras yang tadinya berdiri kini duduk di samping Valeya. Valeya masih bersikeras kalau yang punya sihir dan di sebut penyihir adalah nenek sihir, peri tidak termasuk dalam katagori itu.
“bagaimana kalau aku penyihirnya? Apa aku juga nenek sihir?” pertanyaan Viras berhasil membungkam kan mulut Valeya.
“…” hening.
“bagaimana kalau aku bilang aku memiliki kekuatan sihir?” tanyak Viras lagi.
“…” Valeya masih diam dan memandang Viras.
“bagaimana kalau aku keturanan peri es?” tanyak Viras lagi, dan kali ini membuat suasana di dalam kamar berubah.
Valeya membulatkan matanya saat melihat kondisi kamarnya sekarang, ini di luar logika manusia. Namun, ini jelas terjadi di depat matanya, suhu di kamar Valeya berubah menjadi dinggin dan dihiasi salju.
“mustahil, aku suka sihir tapi gak mungkin ada yang memiliki kekuatan itu” gumam Valeya antar terkejut dan takjub.
“kami ada, aku buktinya aku keturanan Peri es dan aku bukan nenek sihir” kata Viras sambil tersenyum. “kau ingin seperti ku?” sambung Viras lagi, dan Valeya menganggukan kepalaya. “tutup matamu!” printah Viras.
Sesuai intruksi Valeya menutup matanya, Viras membuka mulutnya dan sebuah bola yang bersinar keluar dari mulutnya. Dia menggengap bola itu dan menatapnya dengan eksprisi yang sulit di artikan, lalu Viras menyuruh Valeya membuka mulutnya. Setelah mulut Valeya terbuka bola yang bersinar itu dengan sendirinya masuk ke mulut Valeya.
“kau orang yang tepat” bisik Viras.

Ooo
Tring…tring…tring
Suara jam weker yang nyaring itu mengintruksi Valeya banggun dari tidur lelapnya, lalu ia duduk di atas tempat tidur. Otaknya kembali memutar pembicaraannya dengan Viras yang terkesan sangat nyata, namun sayang itu semua hanya mimpi indahnya.
Valeya menguap dan merentangkan otot-otot tegangnya, baru mau turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi suara Sunu sang kakak kesayangan menggagetkannya.
“Valeeeeeeee cepat kita bisa teralmbat” teriak Sunu dengan nada yang terdengar kesal.
15 menit kemudian Valeya keluar dari kamarnya dan bergabung dengan keluarga kecilnya, Sunu menyambut Valeya dengan tatapan horornya. Dia kesal semejak Valeya bergabung di Universitas yang sama dan di jurusan yang sama dengannya, Sunu selalu saja terlambat.
Walau bersaudara mereka berdua memiliki banyak perbedaan, yang salah satunya masalah banggun pagi. Sunu selalu banggun lebih cepat dari Valeya, karena hal ini mereka sering berdebat tentang siapa yang pantas jadi cowok dan siapa yang pantas jadi cewek.
“Pah bilang sama anak kesayangan Papah ini kalau sekarang kita harus berangkat” kata Sunu, mendengar penuturan sang Kakak Valeya malah senyam-senyum.
“Pah kami pamit dulu ya” ucap Valeya.
“Sunu kamu nyetirnya hati-hati ya” nasehat Papah.
Di perjalan Sunu terus bercoleteh tentang sikap Valeya yang tidak pernah berubah dan selalu saja tidak bisa menjadi seorang gadis yang elegan seperti gadis pada umumnya. Dia kecewa pada adik perempuan satu-satunya yang lebih ia rasakan seperti adik laki-laki untuknya. Dia juga sangat menyesal menyetujui usulan Papah untuk satu Universitas dan satu jurasan dengan Valeya, kerena dengan hadirnya Valeya merusak gelar Sunu sebagai Mahasiswa paling tepat waktu di jurusannya dan tentu saja di unitnya. Namun, semejak kehadiran Valeya, Sunu hanya bisa mengwujud kan hal itu dalam mimpinya.
“Kak udah jangan ceramah lagi pagi-pagi, kitakan sudah sering membicarakan ini” bantah Valeya, muka Sunu mulai memerah saat mendengar perkataan Valeya.
“kamu, memang gak pernah berubah. Aku kasian sama Papah yang selalu meyalah kan dirinya karena tidak bisa membuat kamu menjadi seperti keingina Ibu. Seharusnya kamu bisa mengantikan posisi Ibu bukannya menjadi seperti ini” kata Sunu dengan suara yang agak keras, tanpa diprintah air mata menetes membasahi pipi Valeya.
Suasana yang terciptakanpun jadi aneh, keduanya Cuma dia larut dalam pikiran masing-masing. Sunu yang tengah menyesali ucapannya, dan Valeya yang tengah merenungi perkataan jujur Sunu.
“maafkan Kakak” ucap Sunu lalu menyesal.
“enggak Kakak gak salah, oh ya Vale gak mau mengantikan posisi Ibu tapi Valeya akan berusaha menjadi seperti yang Kakak dan Papah ingin kan” ujar Valeya yakin sambil mengubarkan senyum manisnya, Sunu membalas dengan senyum terbaiknya. “oh ya Kakak tau kenapa hari ini Valeya benggun telat?”
“memang kenapa? Mana Kakak tau kamu belum cerita” kata Sunu masih focus pada acara menyetirnya.
“karena Viras Armit, aku memimpikannya memiliki kekuatan sihir” kata Valeya semangat sambil nyenggir.
“uff ampun deh” respon Sunu sambil menarik nafas berat.
Ooo
            Setiba dikampus Valeya masuk ke kelasnya dan Sunu ke kelasnya. Di dalam ruangan Sunu terlihat teman-teman baiknya telah datang dan menatapnya dengan tatapan mengejek. Pasalnya Sunu kembali memecahkan rekor terlambat paling lama, coba saja kalau ada dosen pasti ia akan di pastikan untuk belajar di luar sekarang.
            “telat lagi, seperti rekormu harus diganti sekarang tuan” ejek salah satu teman Sunu yang biasa disapa Helmy.
            “alasan apa lagi yang adek loe gunakan hari ini?” tanyak yang lainnya tanpa menatap Sunu.
            “gara-gara Viras Armit” kata Sunu yakin, Viras yang duduk dekat jendela ruangan itu pun sempat menghentikan aktivitas membacanya.
            “kenapa loe natap gue gitue?” tanyak Viras yang merasa di perhatikan oleh Sunu.
            “kalau loe yang merusak mimpi adek gue atau membuatnya lebih baik tidak masalah” kata Sunu santai dan duduk di samping Viras.
            “dan kalian akan menjadi saudara yang menyenangkan” kata seorang teman yang biasa mereka sapa Tio itu.
Ooo
            Jam makan siang, semua mahasiswa memadati katin kampus disana terlihat Sunu, Viras dan teman-temannya yang sedang duduk dengan tenangnya siap menyatap makan siang mereka. Dan tak jauh dari situ terlihat Valeya dan teman-temannya yang tengah menatap kearah Viras.
            “kalau loe yakin, loe pastiin sekarang” kata Bella dan mendorong Valeya.
            Valeya menarik nafas, lalu melangkah pasti mendekati tempat Viras berada. Tujuannya sekarang adalah menepati kursi kosong di samping Viras dan mengenggap tangganya. Langkah Valeya makin dekat, dan entah kebetulan Viras mengukir sebuah senyum misterius.
            “kosongkan?” sesorang mengajukan pertanyaan dan langsung duduk di samping Viras tanpa menunggu jawaban dari Viras dan tema-temannya.
            “aish, nyebelin” gumam Valeya, tapi ia tidak menghentikan langkahnya dia tetap mendekat kearah Viras.
            Valeya berdiri tepat di belakang Viras, Sunu yang melihat langsung menyapa adik perempuannya itu. valeya tidak peduli dengan sapaan Sunu yang ada di benaknya sekerang hanya menyentuh Viras. Valeya kembali menarik nafas, lalu dengan cepat ia menyetuh tangan Viras yang sedang memegang sendok.
1 detik…
2 detik…
3 detik…
4 detik…
            “kya Valeyaaa apa yang kamu lakukan?” tanyak Sunu seperti pak lurah yang menangkap pasangan mesum, sedangkan Viras dan Valeya Cuma menunujukan ekspresi biasa. Lalu Valeya langsung berjalan meninggalan Viras dan teman-temannya. Valeya kembali pada teman-temannya dan mengatakan apa yang dia rasakan pada mereka. Sedangkan Sunu dan teman-temannya memasang ekspresi aneh kecuali Viras yang melanjutkan acara makannya.
            “itu hanya mimpi, tanggan tidak dinggin”
Ooo
            Ke esokan harinya walaupun telah memastikan sendiri tangan Viras, Valeya masih negarasa kalau Viras adalah peri es. Buktinya hari ini saat Viras dan teman kakaknya yang lain Valeya hanya menatap Viras, ia masih penasaran dengan Viras.
            Saat ini ekor mata Valeya menatap Viras yang pergi ke dapur dan tanpa di perintah kakinya mengikuti langkah kaki Viras. Dia terus memperhatikan Viras yang tengah meneguk air putih itu.
            “ada apa?” tanyak Viras tanpa menatap Valeya.
            “Kakak memiliki sihir kan?” pertanyaan bodoh itu langsung meluncur dengan bebasnya dari mulut Valeya, Viras hany tersenyum mendengar pertanyaan itu.
            “atas dasar apa kamu menanyakan hal itu hmm?”
            “Kakak memiliki suhu tubuh yang dinggin kakak penyihir tidak masuk aku kaka peri es iya kan?”
            “bukan, aku vampire dari kutub utara” jawab Viras ngasal dan niat untuk meninggalkan Valeya di dapur.
            “tidak tunggu, Kakak bisa mengeluarkan kekuatan dengan cara ini” kata Valeya sambil menunjuk kearah Viras.
            Mata Valeya membulat saat melihat kejadiaan aneh di depan matanya, entah kebetulan atau memang dari tanggan Valeya salju turun di dapur dan hawa menjadi dinggin. Viras yang menyaksikan kejadian itu lagi-lagi mengukirkan senyum dari bibirnya.
            “aku atau kau yang mempunyai kekuatan sihir Valeya Anadia, apa aku harus mengrahasiakan ini?” tanyak Viras.
            “gak mungkin ini terjadi, ini mustahil”
            “ini kenyataannya” jawab Viras sambil menjentik kan jarinya, salju dan hawa dinggin tadi pun lenyap.
            “kau pun sama” kata Valeya saat kembali melihat kejadian aneh di depan matanya.
            “entahlah mungkin ini sudah takdirnya, peri es” kata Viras tersenyum dan benar-benar meninggalkan dapur.
            “peri es, kekuatan sihir aku suka itu hehehe” ucap Valeya sangat senang.
            ‘rahasiakan ini, kalau tidak kau dalam bahaya’
            “eh kenapa aku bisa mendengar suara Kak Viras dia kan gak disini?” tanyak Valeya pada dirinya sendiri.
            ‘bukan hanya hari ini kita akan selalu bisa berkomunikasi seperti ini, oh dan aku mau bilang kalau aku menyukai mu Valeya’ kata suara Viras.
            “apa maksudnya?” tanyak Valeya, tapi kali ini dia tidak mendapat jawaban dari Viras.
            Kesal dengan sikap Viras, Valeya lansung menghampiri teman kakaknya itu yang tengah berkumpul dengan yang lainnya. Valeya menatap Viras menuntun penjelasan, yang lain memandang heran.
            “apa maksud mu tuan Viras Armit?”
            “apa kurang jelas aku menyukaimu sangat menyukai mu dank au yang berhak memilikinya makanya aku berikannya pada mu” jujur Viras di depan Kakak sekaligus Papah Valeya yang baru pulalang kerja.
            “aisy apa yang kau lakukan apa harus di sini juga” keluh Valeya malu melihat kondisi di sekitarnya.
            “sepertinya kau akan bersaudara dengan Viras” ujur Tio.
            “kenapa apa aku salah lagi? Bukankah kau yang menyuruhku untuk menjelaskan semuanya, apa aku harus melamar mu sekarang?” tutur Viras ringgan
            “diam lah! Kita bicarakan ini nanti saja” kata Valeya dan berlari ke kamarnya.
            “maaf Om telah membuat kekacauan” ujuar Viras, Papah Valeya hanya tersenyum saja.
            “khem bakal saudara nie ya” goda Tio lagi.
            ‘dasar bodoh apa yang Kakak lakukan, tapi aku juga menyukai kakak’ ujar batin Valeya, dan Viras tersenyum senang.

                                                                                                                        END                                                                                                                                                                                                                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar