Penyihir macam apa yang hidup di
masa sekarang, apa dia punya sapu terbang, tongkat sihir atau jubah dan topi
hitamnya itu. Kalau di sekitar kita ada hal seperti itu gimana caranya kita
tau, apa dengan membuat dia kesal dan ia akan berubah atau mengeluarkan
sihirnya. Itulah yang kira – kira sedang di bahas Valeya, Citra dan Bella. Ketiga gadis yang sudah akrab saat pertama
kali menginjak kan kakinya di salah satu Universitas di kotanya ini, memang
mempunyai hobby yang sama yaitu membahas tentang penyihir, sebenarnya kedua
temannya itu yang ikut – ikut Valeya saja.
Valeya
maupun kedua temannya memang senang membahas topic ini, tapi mereka gak percaya
kalau hal semacam itu ada. Sampek saat ini mereka belum percaya kalau orang
yang bisa mengendalikan waktu, mengeluarkan kekuatannya di tangan mereka itu
ada, apalagi memiliki barang – barang
penyihir. Bukankah barang – barang seperti itu banyak di jual.
Dan
kali ini dalam pembahasan mereka sedikit berbeda, pasalnya dari tadi dari mulut
mereka terdengar nama Viras Armit disebut – sebut. Viras Armit adalah sosok
kakak letting yang gak banyak bicara, tapi ramah baik juga sangat pandai.
Namun, Valeya bilang Viras adalah cowok paling dinggin yang pernah ia temui,
bukan dinggin dalam artian irit kata – kata, tapi suhu bandan Viras memang
sangat dinggin.
Valeya
yang pernah gak sengaja bersetuhan dengan Viras sempat sangat terkejut saat
tanggannya bersetuhan dengan tanggan Viras. Valeya sendiri menganggap ini hal
yang wajar karena saat itu masih pagi, tapi tetap saja Viras jadi topic
pembicaraannya.
Mereka
yang sedang serius membicarakan Viras gak sadar kalau sang objek pembicaraan
dari tadi menguping pembicaraan mereka. Dia menarik sudut bibirnya saat
mendengar penuturan Valeya yang polos itu ‘kalau
penyihirnya segantang Kak Viras aku mah rela kalau hati ku di bekukan hanya
untuk dia’.
Ooo
Bulan
telah menyapa, Valeya Anadia terlihat sedang melakukan aktivitasnya seperti
biasa. Dia sedang berkutik dengan laptop kesangannya, dan melakukan hobbynya
selain membicarakan sihir, yaitu menulis cerita sihir. Kisah yang ia tulis
hampir semuanya sama, tapi bagi Valeya itu belum terlalu penting yang penting
apa yang ia pikirkan bisa menjadi sebuah cerita.
Di
malam yang indah ini selain mengetik ceritanya, Valeya juga tengah di bayang –
bayangi wajah Viras. Obrolannya tetang Viras dengan teman – temannya itu tadi
membuat Valeya blank, dan di dalam pikirannya ini sekarang hanya ada Kak Viras
Armit
Bahkan
di jam yang sudah semalam ini Valeya melihat Viras tengah berdiri di jendela
kamarnya dan menatap Valeya dengan lembut. Valeya membalas tatapan itu sambil
memperlihatkan senyum manisnya. Kaki jenjang milik Viras kini mendekat kearah
tempat tidur Valeya.
“kau
percaya tentang sihir?” tanyak Viras yang menundukan kepalanya menatap mata
Valeya dari dekat.
“eh?
Ini nyata” Valeya malah terkejut saat sadar kalau Viras sedang berbicara
dengannya sekarang. “bagaimana Kakak bisa masuk kesini? Dan di jam selarut ini”
sambung Valeya.
“apa
pendapatmu tentang penyihir atau kekuatan sihir?” bukannya menjawab Viras malah
mengacuhkan pertanyaan Valeya dan menayakan hal lain padanya.
“sihir?
Kekuatan mistik, tapi Valeya gak percaya kalau sihir itu kekuatan dukun gelap.
Tapi sihir adalah kekuatan penyihir, seperti nenek sihir” kata Valeya semangat.
“belum
tentu yang memiliki sihir adalah nenek sihir” kata Viras.
“kenapa
enggak, aku sering melihat kalau yang punya sihir itu adalah nenek sihir” keras
Valeya dengan pendapatnya.
“bagaimana
dengan peri?” tanyak Viras. Valeya terdiam sejenak menanggapi pertanyaan Viras.
Otak
Valeya terus berputar untuk membantah pendapat Viras, Valeya terus mengoceh
tentang pendapatnya mengenai sihir, Viras yang tadinya berdiri kini duduk di
samping Valeya. Valeya masih bersikeras kalau yang punya sihir dan di sebut
penyihir adalah nenek sihir, peri tidak termasuk dalam katagori itu.
“bagaimana
kalau aku penyihirnya? Apa aku juga nenek sihir?” pertanyaan Viras berhasil
membungkam kan mulut Valeya.
“…”
hening.
“bagaimana
kalau aku bilang aku memiliki kekuatan sihir?” tanyak Viras lagi.
“…”
Valeya masih diam dan memandang Viras.
“bagaimana
kalau aku keturanan peri es?” tanyak Viras lagi, dan kali ini membuat suasana
di dalam kamar berubah.
Valeya
membulatkan matanya saat melihat kondisi kamarnya sekarang, ini di luar logika
manusia. Namun, ini jelas terjadi di depat matanya, suhu di kamar Valeya
berubah menjadi dinggin dan dihiasi salju.
“mustahil,
aku suka sihir tapi gak mungkin ada yang memiliki kekuatan itu” gumam Valeya antar
terkejut dan takjub.
“kami
ada, aku buktinya aku keturanan Peri es dan aku bukan nenek sihir” kata Viras
sambil tersenyum. “kau ingin seperti ku?” sambung Viras lagi, dan Valeya menganggukan
kepalaya. “tutup matamu!” printah Viras.
Sesuai
intruksi Valeya menutup matanya, Viras membuka mulutnya dan sebuah bola yang
bersinar keluar dari mulutnya. Dia menggengap bola itu dan menatapnya dengan
eksprisi yang sulit di artikan, lalu Viras menyuruh Valeya membuka mulutnya.
Setelah mulut Valeya terbuka bola yang bersinar itu dengan sendirinya masuk ke
mulut Valeya.
“kau
orang yang tepat” bisik Viras.
Ooo
Tring…tring…tring
Suara
jam weker yang nyaring itu mengintruksi Valeya banggun dari tidur lelapnya,
lalu ia duduk di atas tempat tidur. Otaknya kembali memutar pembicaraannya
dengan Viras yang terkesan sangat nyata, namun sayang itu semua hanya mimpi
indahnya.
Valeya
menguap dan merentangkan otot-otot tegangnya, baru mau turun dari tempat tidur
dan menuju kamar mandi suara Sunu sang kakak kesayangan menggagetkannya.
“Valeeeeeeee
cepat kita bisa teralmbat” teriak Sunu dengan nada yang terdengar kesal.
15
menit kemudian Valeya keluar dari kamarnya dan bergabung dengan keluarga
kecilnya, Sunu menyambut Valeya dengan tatapan horornya. Dia kesal semejak
Valeya bergabung di Universitas yang sama dan di jurusan yang sama dengannya,
Sunu selalu saja terlambat.
Walau
bersaudara mereka berdua memiliki banyak perbedaan, yang salah satunya masalah
banggun pagi. Sunu selalu banggun lebih cepat dari Valeya, karena hal ini mereka
sering berdebat tentang siapa yang pantas jadi cowok dan siapa yang pantas jadi
cewek.
“Pah
bilang sama anak kesayangan Papah ini kalau sekarang kita harus berangkat” kata
Sunu, mendengar penuturan sang Kakak Valeya malah senyam-senyum.
“Pah
kami pamit dulu ya” ucap Valeya.
“Sunu
kamu nyetirnya hati-hati ya” nasehat Papah.
Di
perjalan Sunu terus bercoleteh tentang sikap Valeya yang tidak pernah berubah
dan selalu saja tidak bisa menjadi seorang gadis yang elegan seperti gadis pada
umumnya. Dia kecewa pada adik perempuan satu-satunya yang lebih ia rasakan
seperti adik laki-laki untuknya. Dia juga sangat menyesal menyetujui usulan
Papah untuk satu Universitas dan satu jurasan dengan Valeya, kerena dengan
hadirnya Valeya merusak gelar Sunu sebagai Mahasiswa paling tepat waktu di
jurusannya dan tentu saja di unitnya. Namun, semejak kehadiran Valeya, Sunu
hanya bisa mengwujud kan hal itu dalam mimpinya.
“Kak
udah jangan ceramah lagi pagi-pagi, kitakan sudah sering membicarakan ini”
bantah Valeya, muka Sunu mulai memerah saat mendengar perkataan Valeya.
“kamu,
memang gak pernah berubah. Aku kasian sama Papah yang selalu meyalah kan
dirinya karena tidak bisa membuat kamu menjadi seperti keingina Ibu. Seharusnya
kamu bisa mengantikan posisi Ibu bukannya menjadi seperti ini” kata Sunu dengan
suara yang agak keras, tanpa diprintah air mata menetes membasahi pipi Valeya.
Suasana
yang terciptakanpun jadi aneh, keduanya Cuma dia larut dalam pikiran
masing-masing. Sunu yang tengah menyesali ucapannya, dan Valeya yang tengah
merenungi perkataan jujur Sunu.
“maafkan
Kakak” ucap Sunu lalu menyesal.
“enggak
Kakak gak salah, oh ya Vale gak mau mengantikan posisi Ibu tapi Valeya akan
berusaha menjadi seperti yang Kakak dan Papah ingin kan” ujar Valeya yakin sambil
mengubarkan senyum manisnya, Sunu membalas dengan senyum terbaiknya. “oh ya
Kakak tau kenapa hari ini Valeya benggun telat?”
“memang
kenapa? Mana Kakak tau kamu belum cerita” kata Sunu masih focus pada acara
menyetirnya.
“karena
Viras Armit, aku memimpikannya memiliki kekuatan sihir” kata Valeya semangat
sambil nyenggir.
“uff
ampun deh” respon Sunu sambil menarik nafas berat.
Ooo
Setiba dikampus Valeya masuk ke
kelasnya dan Sunu ke kelasnya. Di dalam ruangan Sunu terlihat teman-teman
baiknya telah datang dan menatapnya dengan tatapan mengejek. Pasalnya Sunu
kembali memecahkan rekor terlambat paling lama, coba saja kalau ada dosen pasti
ia akan di pastikan untuk belajar di luar sekarang.
“telat lagi, seperti rekormu harus
diganti sekarang tuan” ejek salah satu teman Sunu yang biasa disapa Helmy.
“alasan apa lagi yang adek loe
gunakan hari ini?” tanyak yang lainnya tanpa menatap Sunu.
“gara-gara Viras Armit” kata Sunu
yakin, Viras yang duduk dekat jendela ruangan itu pun sempat menghentikan
aktivitas membacanya.
“kenapa loe natap gue gitue?” tanyak
Viras yang merasa di perhatikan oleh Sunu.
“kalau loe yang merusak mimpi adek
gue atau membuatnya lebih baik tidak masalah” kata Sunu santai dan duduk di
samping Viras.
“dan kalian akan menjadi saudara
yang menyenangkan” kata seorang teman yang biasa mereka sapa Tio itu.
Ooo
Jam
makan siang, semua mahasiswa memadati katin kampus disana terlihat Sunu, Viras
dan teman-temannya yang sedang duduk dengan tenangnya siap menyatap makan siang
mereka. Dan tak jauh dari situ terlihat Valeya dan teman-temannya yang tengah
menatap kearah Viras.
“kalau loe yakin, loe pastiin
sekarang” kata Bella dan mendorong Valeya.
Valeya menarik nafas, lalu melangkah
pasti mendekati tempat Viras berada. Tujuannya sekarang adalah menepati kursi
kosong di samping Viras dan mengenggap tangganya. Langkah Valeya makin dekat,
dan entah kebetulan Viras mengukir sebuah senyum misterius.
“kosongkan?” sesorang mengajukan
pertanyaan dan langsung duduk di samping Viras tanpa menunggu jawaban dari Viras
dan tema-temannya.
“aish, nyebelin” gumam Valeya, tapi
ia tidak menghentikan langkahnya dia tetap mendekat kearah Viras.
Valeya berdiri tepat di belakang
Viras, Sunu yang melihat langsung menyapa adik perempuannya itu. valeya tidak
peduli dengan sapaan Sunu yang ada di benaknya sekerang hanya menyentuh Viras.
Valeya kembali menarik nafas, lalu dengan cepat ia menyetuh tangan Viras yang
sedang memegang sendok.
1
detik…
2
detik…
3
detik…
4
detik…
“kya Valeyaaa apa yang kamu lakukan?”
tanyak Sunu seperti pak lurah yang menangkap pasangan mesum, sedangkan Viras
dan Valeya Cuma menunujukan ekspresi biasa. Lalu Valeya langsung berjalan
meninggalan Viras dan teman-temannya. Valeya kembali pada teman-temannya dan
mengatakan apa yang dia rasakan pada mereka. Sedangkan Sunu dan teman-temannya
memasang ekspresi aneh kecuali Viras yang melanjutkan acara makannya.
“itu hanya mimpi, tanggan tidak
dinggin”
Ooo
Ke esokan harinya walaupun telah
memastikan sendiri tangan Viras, Valeya masih negarasa kalau Viras adalah peri
es. Buktinya hari ini saat Viras dan teman kakaknya yang lain Valeya hanya
menatap Viras, ia masih penasaran dengan Viras.
Saat ini ekor mata Valeya menatap
Viras yang pergi ke dapur dan tanpa di perintah kakinya mengikuti langkah kaki
Viras. Dia terus memperhatikan Viras yang tengah meneguk air putih itu.
“ada apa?” tanyak Viras tanpa
menatap Valeya.
“Kakak memiliki sihir kan?”
pertanyaan bodoh itu langsung meluncur dengan bebasnya dari mulut Valeya, Viras
hany tersenyum mendengar pertanyaan itu.
“atas dasar apa kamu menanyakan hal
itu hmm?”
“Kakak memiliki suhu tubuh yang
dinggin kakak penyihir tidak masuk aku kaka peri es iya kan?”
“bukan, aku vampire dari kutub
utara” jawab Viras ngasal dan niat untuk meninggalkan Valeya di dapur.
“tidak tunggu, Kakak bisa
mengeluarkan kekuatan dengan cara ini” kata Valeya sambil menunjuk kearah
Viras.
Mata Valeya membulat saat melihat
kejadiaan aneh di depan matanya, entah kebetulan atau memang dari tanggan
Valeya salju turun di dapur dan hawa menjadi dinggin. Viras yang menyaksikan
kejadian itu lagi-lagi mengukirkan senyum dari bibirnya.
“aku atau kau yang mempunyai
kekuatan sihir Valeya Anadia, apa aku harus mengrahasiakan ini?” tanyak Viras.
“gak mungkin ini terjadi, ini
mustahil”
“ini kenyataannya” jawab Viras
sambil menjentik kan jarinya, salju dan hawa dinggin tadi pun lenyap.
“kau pun sama” kata Valeya saat
kembali melihat kejadian aneh di depan matanya.
“entahlah mungkin ini sudah takdirnya,
peri es” kata Viras tersenyum dan benar-benar meninggalkan dapur.
“peri es, kekuatan sihir aku suka
itu hehehe” ucap Valeya sangat senang.
‘rahasiakan
ini, kalau tidak kau dalam bahaya’
“eh kenapa aku bisa mendengar suara
Kak Viras dia kan gak disini?” tanyak Valeya pada dirinya sendiri.
‘bukan
hanya hari ini kita akan selalu bisa berkomunikasi seperti ini, oh dan aku mau
bilang kalau aku menyukai mu Valeya’ kata suara Viras.
“apa maksudnya?” tanyak Valeya, tapi
kali ini dia tidak mendapat jawaban dari Viras.
Kesal dengan sikap Viras, Valeya
lansung menghampiri teman kakaknya itu yang tengah berkumpul dengan yang
lainnya. Valeya menatap Viras menuntun penjelasan, yang lain memandang heran.
“apa maksud mu tuan Viras Armit?”
“apa kurang jelas aku menyukaimu
sangat menyukai mu dank au yang berhak memilikinya makanya aku berikannya pada
mu” jujur Viras di depan Kakak sekaligus Papah Valeya yang baru pulalang kerja.
“aisy apa yang kau lakukan apa harus
di sini juga” keluh Valeya malu melihat kondisi di sekitarnya.
“sepertinya kau akan bersaudara
dengan Viras” ujur Tio.
“kenapa apa aku salah lagi? Bukankah
kau yang menyuruhku untuk menjelaskan semuanya, apa aku harus melamar mu
sekarang?” tutur Viras ringgan
“diam lah! Kita bicarakan ini nanti
saja” kata Valeya dan berlari ke kamarnya.
“maaf Om telah membuat kekacauan”
ujuar Viras, Papah Valeya hanya tersenyum saja.
“khem bakal saudara nie ya” goda Tio
lagi.
‘dasar
bodoh apa yang Kakak lakukan, tapi aku juga menyukai kakak’ ujar batin
Valeya, dan Viras tersenyum senang.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar