Minggu, 21 Februari 2016

KARENA SYIFA











Matarahari menyapa pagi dengan kehanggatan cahayanya, di dalam sebuah kelas terlihat para siswa dan siswi yang sangat berisik sibuk mondar-mandir sambil memegang buku harap-harap cemas. Di luar kelas ada seorang siswa yang terlihat tak kalah cemas sampai wajah siswi cantik itu tersenyum kearahnya.
‘’aduh Syifa loe baru datang? Gue piker loe gak bakalan masuk hari ini ‘’
‘’alah Bil gue tau loe. Kalau berdiri disinie nunggu gue pasti loe gak kerjain PR kan? Ya udah nhe.’’
‘’ sebenarnya gue gak bermaksud tapih kalau loe maksa gue ambil deh’’
‘’ ya ampun Bil gak usah pura-pura didepan gue’’
‘’ sebenarnya gue gak kayak mereka para pemalas, sungguh kasian nasib negeri ini kalau calon masa depan seperti ini’’ ucap Billy sambil menunjuk jarinya kearah Siswa-Siswi yan menyontek
‘’ loe juga sama kali’’ protes salah satu siswa
‘’ gue itu’’ kata-katanya di potong Syifa
‘’udah  Bil loe punya waktu 8 menit sebelum bel masuk’’
‘’  tenang gue ahli dalam hal ini’’
‘’ gue Cuma memperingatin loe’’

Billy duduk sendiri dan mulai menyontek dari hasil kerja Syifa, dia begitu santai melakukannya seperti sudah sangat mahir dalam hal ini. Disisi lain Syifa duduk menikmati paginya dengan merasakan cahaya Matahari menerobos masuk dari jendela kelas dan mulai menghangat kan tubuhnya.
‘’ nhe buku loe. Thanks’’
‘’ lain kali coba kerjakan sendiri’’ ucap Syifa dinggin
‘’ sebenarnya semalam gue lupa jadi gue tidur awal’’ kata Billy membela diri
‘’ gue usul loe cari alasan lain’’
‘’ itu bukan alasan tapi fakta’’ kata Billy cegegesan
‘’ fakta yang sudah keseringan’’ sindiri Syifa sambil menyimpan bukunya

Semua pelajaran selesai Syifa keluar dari kelas di pintu sudah ada Billy yang menunggu dengan sabar.
‘’ loe lama banget sih ngapain aja didalam? Bersemendi’’ tanyak Billy sewot
‘’ loe sendiri ngapain nunggu gue?’’
‘’ gue mau pulang bareng loe’’
‘’ atas dasar apa gue harus pulang sama loe..?’’
‘’ loe tinggal jawab aja loe mau atau enggak’’
‘’ baik lah MR. Billy gak ada rugi juga’’

Mereka tiba dirumah Syifa, Syifa mempersilah kan Billy masuk namun prilaku Billy seakan rumah Syifa adalah rumahnnya sendiri. Dan tanpa malu memita nasi pada Mamanya Syifa dengan alasan  Mamanya gak ada dirumah. Selesai makan mereka nggobrol akrab, sebelum Syifa memberikan beberpa buku rumus miliknya juga kumpulan bahasa ilmiah. Billy menetap gak mengerti kearah Syifa.
‘’ Bil mungkin ini saatnya loe berusaha sendiri gue gak bisa bantu loe terus menurus’’ jelas Syifa sedangkan Billy diam seribu bahasa
‘’ Bil gue minta maaf kalau gue lancang. Tapi gue gak mungkin bantu loe terus sebentar lagi UN loe harus berusaha sendiri’’
‘’ gue paham. Tapi loe bantu gue ya..’’
‘’ ok Bil tenang aja’’. Mereka jabat tanggan tanda sepakat.

Billy pun berlajar dengan semangat dan Syifa selalu mebantunya, dan sekarang Billy telah mampu menyelasaikan tugasnya sendiri Billy tidak bergantung lagi sama Syifa dia telah mampu mandiri. Dengan perubahan Billy ini membuat Syifa senang dan bisa tersenyum lega.
‘’ Syifa’’
‘’ iya ada apa?’’
‘’ gue mau ajak loe..aaaaaaaakkk’’  kata-kata Billy terhenti karena teriakannya, Murid dikelas pada panic termasuk Syifa
‘’ Bil loe kenapa?’’
‘’ Pinggang gue sakit banget Syifa’’
‘’ penyakit loe kumat lagi kita ke UKS. Hey bantuin gue dong’’

Setiba di UKS Billy berbaring dan juga meminum obat penghilang rasa sakitnya, Syifa menunggu dengan cemas. Billy yang masih sedikit merasakan sakit mencoba menenangkan dirinya dengan menerik nafas lalu berbicara seperti biasanya.
‘’ Syifa loe kayaknya sedih banget loe takut gue meninggal’’
‘’ loe ngomong apa si Bil’’
‘’ Syifa mungkin loe harus tau’’
‘’tau apa..?’’
‘’ penyakit ginjal gue ini udah makin parah yaa kalau gue gak menemukan pendoronor gue Cuma mau bilang selamat tinggal mungkin nanti gue bakalan lupa’’ ungkapnya sangat santai
‘’ Bil loe..’’
‘’ idih muka loe pucat banget sih loe takut ya kehilangan gue..?’’ godanya lagi
‘’ gak tau ah mending gue keluar’’ dengan muka cemberut.

Hari-hari pun berlalu dengan cepat UN sudah di depan mata, tapi kondisi Billy ngendrop dan kali ini harus dirawat di rumah sakit. Syifa dan beberapa teman-teman kelas pun menjengguk Billy, Billy yang dirumah sakit malah terlihat Happy sibuk main games dari ponselnya. Mereka pada ngomelin Billy.
‘’ oh ini yang dilakukan Billy’’
‘’ enak banget ya kalau sakit’’
‘’hhmm padahal UN  udah didepan mata’’
‘’ loe cepat pulang ngapain nongkrong disini’’
‘’ mending belajar’’
‘’ eh kalian ngapain disini? Pulang aja sana..!’’
‘’ kita mau jengguk teman kita kalau tau gini juga ogah’’
‘’ kalian Cuma ber4 Syifa gak ikut’’
‘’ hmm udah gue duga Syifa di luar’’

Syifa masuk dengan membawa buku-buku dan di letakan disamping Billy,  Billy terlihat binggung sedangkan Syifa kembali keluar lalu langsung masuk dengan membawa papan tulis kecil.
‘’ maksud loe apa..?’’
‘’ loe banyak ketinggalan pelajaran jadi gue bakalan bantu loe’’
‘’ tapi gue lagi sakit gue butuh istirahat’’
‘’ Bohong Syifa pas kita masuk dia lagi main games’’
‘’ ih si Dimas lemes banget mulut loe’’
‘’ emang salah ya gue liat loe main geme tadi’’
‘’ Ok gue mau tapi gue mau bilang sesuatu sama kalian’’
‘’apa?’’
‘’ kalau gue gak menemukan pendonor sebelum UN, dan mungkin gue bakalan pergi gue mau minta maaf pada kalian semua’’
‘’ loe gnomon apa sih…?’’
‘’ jujur saja gue punya banyak salah sama kalian terutama sama loe syifa, dan kalau gue gak ada kalian harus tetap disisi Syifa’’
‘’ loe ngomong apa sih… ? ngomong aja nhe sama upil gue, gue mau pulang’’ ungkap Dimas
‘’ kita juga Dim… ogah lama-lama disini ’’
‘’ baaiklah para pengikut ku ayo pulang’’
‘’ wah sangong di anak, pulang aja loe sana’’ melempar dengan bantal
‘’ udah Bil biarin aja mereka, ayo kita belajar’’

Sekarang tinggal Syifa dan Billy dikamar rumah sakit Syifa juga gak mau dengar ocehan Billy lagi jadi di terus mengajarkan Billy pelajaran yang sudah ketinggalan. Hari demi hari berlalu tak terasa sudah seminggu sejak hari itu Syifa selalu datang untuk jengguk dan mengajar untuk Billy. Dan hari ini mereka mendapat kabar bahagia kalau sudah ada pendonor untuk Billy ini sungguh berita bahagia untuk keluarga Billy dan dirinya. Hari yang di tunggu tiba Billy diruang rawat terlihat gugup bakalan jalanin operasi tapi Syifa  datang memberi semangat pada Billy.
‘’ Bil gue yakin loe bisa’’
‘’ ya iyalah. Tapi loe lebih terlihat takut dari gue’’
‘’ maksud loe’’
‘’ loe sangat-sangat pucat Syifa’’
‘’ benarkah. Gue ketoilet bentar’’
‘’ hmmm’’

Billy masuk keruang operasi keluarga menunggu cemas Cuma Syifa yang tak terlihat batang hidungnya.  Sehari setelah operasi Billy yang sudah sadar  menyandar kan tubuhnya di tempat tidur tiba-tiba datang Syifa membawa buah untuknya Syifa tesenyum lembut kearah Billy.
‘’ loe datang juga’’
‘’ bagaimana keadaan loe..?’’
‘’ Alhamdulillah baik’’
‘’ hmm ohya mungkin untuk beberapa hari kedepan gue gak bisa jengguk loe’’
‘’ loe pasti sibuk hadapin UN’’
‘’ iya. Dan loe cepat sembuh ya’’
‘’ hmm. Syifa wajah loe pucat banget sih loe sakit?’’
‘’enggak mungkin kurang tidur’’
‘’ oh’’

Hari ini adalah hari pertama UN Billy yang belum bisa keluar dari rumah sakit dengan terpaksa Billy harus ikut UN di rumah sakit. Namun pada hari akhir UN Billy punya kesempatan untuk mengikutinya bersama teman-teman, sesampai disekolah Billy disambut dengan bahagia Billy mengikuti UN dengan semangat.
‘’ Dim..San ruang ujian Syifa dimana ya?’’ tanyak Billy
‘’hello kok diam’’
‘’alai banget sih loe’’
‘’gue tanyak baik-baik loe pada diam’’
‘’ Bil loe nyuruh kita buat jagain Syifa kan’’
‘’hmmm sekarang Syifanya dimana?’’
‘’ sekarang kita harus jagain loe..ayok ikut kita’’.

Billy mengikuti taman-temannya ke TPU, Billy yang masih belum mengerti terus berjalan di belakang teman-temannya.
‘’ untuk apa kita kesini’’
‘’ disini makamnya orang yang donor ginjal buat loe’’
‘’ jadi orang itu meninggal’’
‘’ iya sebenarnya kehidupan dia juga gak bertahan lama karena dia mengalami penyakit Lever dan sebelum dia meniggal dia pengen melakukan sesuatu yang berharga buat orang yang dia cinta’’
‘’ maksud loe dia kenal gue dan gue kenal dia’’
‘’ ini makamnya’’
‘’Syifa Sandika…jaja jadi Syifa’’
‘’ ya, dan saat operasi kenapa dia menghilang karena dia yang mendonorkan ginjalnya dia menyuruh kami merahasiakannya’’
‘’ pada keluarganya dan keluarga gue juga’’
‘’ iya’’
‘’ kenapa kalian gak pernah bilang sama gue kalian taukan dia sangat berarti untuk gue ’’
‘’ kita harus tutup mulut kita juga taunya  saat jengguk loe sebelum operasi karena dia juga dirawat disitu’’
‘’ Syifa kenapa loe lakuin ini kenapa harus loe lebih baik gue aja yang meninggal dari pada loe ’’
‘’ Bil loe harus hargai semua pengorbanan dia, loe jangan kayak ginie’’
‘’ hargain pengorbanan dia dengan apa? Apa gue harus hidup bahagia dengan pengorbanan dia ini hmm, setelah gue meregut kebahagian orang lain gue harus  bahagia begitu’’ oceh Reza penuh emosi
‘’ Za kalau pun dia tidak memberikan ginjalnya pada loe dia juga gak bisa bertahan dia punya penyakit’’
‘’ hahaha ya loe benar dia punya penyakit gue punya penyakit tapi dia selalu ada disisi gue sedangkan gue’’  Reza terlihat benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya
‘’ apa loe mau hidup begini dan menyia-nyiakan semua pengorbanan Syifa’’
‘’ iya Za Sandy benar loe harus membuat pengorbanan syifa berguna bukannya untuk melihat loe menderita’’
‘’___’’ Reza hanya diam
‘’ cobalah mengerti Za, dari pada loe menyesali semuanya mending loe mewujudkan semua mimpi Syifa itu lebih berguna dan syifa selalu ada disini’’ kata Dimas dan menunjuk dada Reza
‘’ yah kalian benar dia selalu ada disini, dia meninggalkan sesuatu yang sangat berarti untuk ku maafkan aku Syifa tak bisa mengerti dengan pengorbananmu tapi saat ini aku paham terima kasih Syifa’’ dia terenyum
‘’ apa loe mau pulang sekarang?’’
‘’ tidak kalian pulang lah duluan’’
‘’ baik sampai jumpa, jangan membuat kami dimarihi Syifa karena tidak menjaga loe dan jangan adu yang macam-macam padanya’’
‘’ baiklah’’
‘’ dan satu lagi jangan lakukan hal yang aneh-aneh karena kami punya tanggung jawab buat jaga loe ’’ tambah Sandy
‘’ iya bawel banget sih kalian’’
‘’ hehe iya maaf’’

           
            Sandy dan Dimas pergi dan meninggalkan Reza sendiri di makam, Reza menatap sayu kearah makam Syifa dengan lama lalu duduk di samping makam.
‘’ gue mencintai loe itu yang ingin gue katakana dari dulu jika suatu saat gue mencintai gadis lain tenang lah loe tetap punya tempat yang paling special, love you Syifa loe malaikat yang dikirim tuhan buat ada disisi gue dan selalu ada buat gue dan loe tetap akan jadi malaikat buat gue’’ menyium nisan Syifa dan pergi meninggalkan makam.
                                                                                                           

SELESAI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar