Merifa Pov :
Rabu 11 Mei 2016, hey aku sangat hafal dengan
tanggal itu, kurasa tanggal itu sangat berarti bagiku yaiyakah itu kan tanggal
lahirku. Ya pada tanggal 11 Mei 1997 silam pasangan suami istri Zakaria dan
Fathiyah di tambah momonganny oleh Allah Swt.
Nyonya Fathiyah melahirkan putri kedua mereka yang di namai Merifa
Mauliya, kenapa ada yang mau protes ? kenapa dari Mauliya sekarang jadi Moliya,
hmm itu kesalahan guru Mandrasah ku, sudah lah lupakan itu.
Normal Pov :
“
woi napa melamun mikirin apa ?” tanyak Rahimah teman satu ruang Merifa, yang
sekarang posisinya duduk di samping Merifa di bawah pohon ruang 14 Fisip.
“
gak ada” jawab Merifa ngasal tanpa menoleh kearah Rahimah.
Setelah
di cuekin, Rahimah gak ambil pusing dengan sikap temannya itu dia lebih memilih
ngambil HPnya dan senyum – senyum sendiri kayak orang setres baca Twiet nya
Ikramarki mungkin itu salah satu hobbynya. Suasana yang tercipta di antara
Merifa dan Rahimahpun sangat sunyi, keduanya sibuk dengan kegiatan masing –
masing,Merifa sibuk mikirin apa yang dia ingin kan saat ulang tahun nanti, dan
Rahimah sibuk mikirin Ikram.
1…2…3…4..
menit suasana masih sama, keduanya yang biasa berisik kini hanya duduk diam
benar – benar suasana yang aneh pagi – pagi.
‘ muca pong pong’ begitulah kiranya suara HP Merifa yang ada
dalam tasnya, dengan agak malas dia ngambil benda kesangannya itu.
From : Bast Friend
“ dimana?”
For :
Bast Friend
“ depan ruag 14”
Benda
kesayangannya itu kembali dia letak kan di tasnya, mungkin itu tempat yang aman
dari pada di saku, karena di saku ke mungkinan jatuhnya lebih besar.
“
siapa?” tanyak Rahimah yang gak lepasin pandangannya dari layar Hp.
“
Maria” jawabnya singkat padat dan jelas,
keduanya kembali diam.
Kira
– kira 2 menit setelah membalas SMS Merifa, Maria sudah terlihat di depan ruang
14 sedang memarkirkan sepeda motor kesangannya. Wieh senyum itu terlihat manis,
tapi tampang apa itu Merifa mandang Maria dengan muka kusut benar – benar tu
bocah ya.
“
kenapa ?” tanyak Maria yang langsung jongkok di depan Merifa.
“
hadiah apa yang kau kasih untuk ku ?” Merifa nanyak balik tanpa basi – abasi,
Maria hanya nahan tawa melihat sikap temannya itu sebelum menjwab pertanyaan
Merifa.
“
hmmm gitar gimana?”
“
gantungannya aja, hahaha” tawa Merifa meledak, Maria, Liza, Isma dan Rahimah
pun ikut tertawa melihat sikap Merifa.
“
apa pun hadiahnya aku tunggu” sambung Merifa dengan nada agak menagih, yah ini
sifat yang unik setiap dia bertambah usia pasti hadiahnya ngeriques, misal pada
sang kakak dulu minta di beliian jelbab warna dongker karena dia lagi butuh,
dia termasuk golongan manusia yang aneh.
“
hadiah itu rahasia” kata Liza.
Merifa Pov :
Kadang
aku merasa aneh sendiri jika mengingat tingkah ku yang mungkin tergolongan aneh,
tapi jujur aku gak maksud apa – apa aku
hanya melakukan apa yang ku pikirkan tanpa ada niat untuk berfikir ulang. Eh
ngomong hadiah ulang tahun kok aku jadi ingat seseorang ya, mending ku bahas
aja kali ya.
“
ah kalian bungkus aja Pangeran, masukin ke kardus kulkas” tutur ku tanpa pikir panjang, ku lihat
ekspresi teman – teman ku yang mencerna kata – kata itu, lalu kalian dapat
bayang kan sendiri apa yang terjadi, yah ke 4 makhluk itu kembali tertawa.
Bercanda
suara tawa semua ini dapat melipur lara ku, mereka bisa ku jadikan hiburan ku
begitu pun sebaliknya, mungkin ini yang di namakan teman. Sebenarnya kado yang
paling indah untuk ku adalah mereka, aku sangat bersyukur bisa mengenal mereka
walaupun dengan sikap dan sifat yang berbeda tapi sampek saat ini kami masih
bisa tertawa bersama tanpa ada masalah.
Normal Pov :
“
tapi tunggu bungkusin Pangeran ? bukan kah udah Move on?”
“
katanya Move on nya di kensel dia gak ikhlas kalau orang itu yang rebut
Pangeran” Komentar Rahimah.
“
oo kau salah aku memang lagi Move on, tapi kan butuh proses” kata Merifa
membela diri, dan teman – teman nya Cuma ngangguk menyepele kan.
“
oh ya Maria, aku mau kejuta ulang tahun di pinggir pantai dan ada balon Love
nya” sambung Merifa lagi dengan gaya lebaynya.
“
bang Irfan Merifa suruh beli balon love” seru Maria santai, reflex tangan
Merifa langsung meningkam mulut temannya itu.
“
kau jangan berteriak bang Irfan ada di ruangan itu” tunjuk Merifa ke ruangan di
depannya.
“
hmm maaf kan aku, aku hilaf” tutur Maria.
“
hmm lagi aku mau ada balon biasanya juga terus nanti di lepasin deh”
“
bang Irfan Meri juga mau balon biasa” kali ini suara Maria agak kerasa.
“
aaa kau” kembali Merifa meningkam mulut temannya, Maria hanya tersenyu tanpa
dosa.
“
Liza kita jadi ke Alisya gak?” tanyak Maria tanpa peduli keadaan Merifa yang di
landa ke khawatiran.
“
jadilah, tapi Isma ikut gak”
“
aku enggak, mau langsung pulang thue dah di jempu”
“
kalau kalian ?”
“
gak masih ada MK” jawab Merifa kesal, Maria hanya senyum.
“
baiklah kami pergi dulu, hadiah tunggu aja ya akan ku bungkus bang Irfan” kata
Maria sebelum benar – benar menghilang di depan Merifa. Merifa Cuma menatap
kesal melihat tingkah temannya itu.
“
kau kesal ?” tanyak Rahimah yang sudah Move on dari twitter Ikrammarki untuk
sementara.
“
gak juga, aku akan tunggu hadiah mereka hahahaha” tawa setan Merifa mengema,
Rahimah Cuma menatap ngeri atau tatap dengan tanda Tanya ‘ apa dia stress ?’.
Merifa Pov :
Mereka
telah pergi dari hadapan ku, tapi lelucuan kami tadi rasanya masih mengelitik
perut ku. Oh dari pada ke adaan kembali sunyi lebih baik ku ngbrol aja sama
Rahimah dan tentunya sebelum Ikram kembali menguasainya.
“
apa dosen akan masuk ?” tanyak ku membuka pembicaraan
“
belum tau kabarnya pun belum ada, jadi mahasiswa itu memang di butuh kan ke
sabaran” katanya.
“
kesebaraan juga ada batasnya soalnya dia udah dua minggu gak masuk, nanti
gimana kalau aku hilaf” kata ku lagi gak mau kalah.
“
jangan sampek”
Obrolan
kami pun berlangsung lama, suasana pun gak sunyi lagi kayak tadi filling ku
juga mengatakan kalau hari ini dosen pasti akan masuk, lebih baik ku tunggu di
sini sambil ngobrol sama Rahimah. Oh ya buat kawan – kawanku, aku gak lupa loh
insyaallah kadonya akan aku tagih.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar